Saviour - ForthBeam

709 59 8
                                    

Beam berjalan dengan langkah gontai dan tanpa arah dikelilingi kegelapan malam yang sunyi. Dia menghela nafas panjang lalu menengadahkan kepalanya menatap langit malam.

"Kenapa hidupku sangat menyedihkan seperti ini, Tuhan?" ratapnya penuh derita.

Rasa sakit di kepalanya kembali menyerang dan memori pahit yang dia alami beberapa hari lalu kembali melintas di benaknya.

Memori ketika orang yang paling dia cintai tengah beradu kasih dengan sahabatnya sendiri.

Dua orang yang sangat dia percayai mengkhianatinya dalam waktu yang bersamaan. Hidupnya terasa hancur, tidak ada lagi orang yang bisa dia percaya.

Air mata kembali mengalir deras ketika dia teringat ucapan terakhir yang dikatakan oleh kekasih, ah sekarang sudah menjadi mantan kekasihnya.

"Beam, kamu harusnya sadar, nggak ada yang mau pacaran dengan cowok cupu seperti dirimu. Lagipula, aku pacaran denganmu supaya aku menang taruhan dengan teman-temanku."

Menyakitkan memang, tapi memang itulah kenyataannya.

Beam Baramee, cowok cupu berumur 14 tahun itu merasakan pahitnya patah hati untuk pertama kalinya.

"Bahkan jika aku matipun, aku yakin tidak aka nada orang yang menangisi kematianku," lirihnya.

"Heh, lu mau mati ya duduk di tengah jalan begini?"

Beam tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang lelaki yang berdiri di depannya, sebuah motor sport terparkir tak jauh dari mereka, dia hanya menatap nanar wajah lelaki tersebut dengan wajah penuh air mata.

"Lu nyasar?" tanya lelaki itu ketika melihat wajah pria di depannya penuh dengan air mata. "Rumah lu di mana? Mau gue anter pulang?" tanyanya lagi, namun hanya gelengan kepala dan tangis sesenggukkan yang dia dapat.

"Hadeh, ngerepotin aja nih orang," ujar pria asing tadi, kemudian duduk di samping Beam.

"Gue ga tega ninggalin anak kecil duduk sendirian di tengah jalan gelap kayak gini, nanti lu dibawa kalong wewe atau diperkosa om-om mesum lagi," ujarnya kemudian tertawa karna melihat tatapan membunuh dari Beam.

"Gue Forth," ujarnya memperkenalkan diri namun Beam tetap tidak menggubrisnya.

"Dih sombong nggak mau ngasih tau nama mentang-mentang cantik," goda Forth.

Merasa tidak terima dibilang cantik, Beam mencubiit pinggang pria aneh di sampingnya kuat-kuat.

"Aduh... Adududuuh... Ampun, dek..."

Beam yang tadinya sibuk menangisi hidup dan ingin mengakhiri hidupnya, kini tertawa lepas karna ulah pria asing bertato yang entah datangnya dari mana.

"Nah gitu dong ketawa, nambah cantik deh," goda Forth lagi, namun dia sudah mengantisipasi tangan Beam yang akan kembali mencubit pinggangnya.

"Ck." Beam mencebikkan bibirnya karna usahanya menyakiti Forth gagal. "Beam," ujarnya singkat.

"Hah?"

"Nama gue."

"Apan? Siapa?"

"Beam, bego!"

"Oooh, Beam Bego... Aneh juga nama lu."

"Au ah, kesel gue!" ujar Beam kemudian bangkit dan mulai berjalan menjauhi Forth.

"Lha ngambek? Hahaha, woi Beam tungguin, ayo sini pulang sama Abang, tenang Abang nggak bakal macem-macemin," bujuk Forth yang kini sudah duduk di atas motor merah kesayangannya. "Lu mau jalan kaki sendirian? Nanti dimakan setan loh," lanjutnya.

"Setannya kan elu!" balas Beam seraya berbalik dan berjalan menuju ke arah Forth.

"Mau dianterin ke mana, dek?" tanya Forth ketika Beam sudah duduk di belakangnya.

"Siam," jawab Beam singkat.

"Ok," sahut Forth seraya menyalakan mesin motornya, "500 Bath ongkosnya."

Beam tertawa mendengar ucapan Forth.

'Terima kasih Tuhan karna mengirimkan orang aneh ini,' ucap Beam dalam hati.

One Shoot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang