Prolog

3.9K 163 13
                                    

Enjoy!
.
.
.

SMA Pradeta Bogor. Senyumnya tersungging lebar saat memandangi gedung tinggi di depan. Sekolah ini sangat bagus dan terkenal. Ia merasa, sepertinya akan menyenangkan menjadi salah satu murid di sekolah swasta elit ini.

"Kenapa, La?"

Ia menoleh pada pria paruh baya yang resmi jadi ayahnya sebulan lalu. Masih dengan senyum lebar. "Sekolahnya bagus banget, Yah. Tinggi, lagi. Kalau di sekolah lama aku kan nggak bertingkat gini. Cuman luaaas banget nget nget. Sampai aku capek sendiri kalau jalan dari ujung ke ujung."

Ayah tertawa. "Kalau di sini kamu nggak perlu capek. Ada eskalator juga buat naik ke lantai atas."

"Oh ya?" Matanya berbinar antusias. "Woah, keren banget! Kirain sekolah yang ada fasilitas gituan cuma ada di cerita-cerita aja. Beneran ada di dunia nyata, ya?"

"Ada, dong." Ayah tertawa lagi. "Oh ya, nanti kelas kamu ada di lantai tiga. Lantai satu buat ruang guru dan ruang-ruang ekskul. Lantai dua buat kelas satu. Lantai tiga kelas dua. Dan lantai empat kelas tiga. Nah, kantin ada di lantai tiga. Keuntungan buat kamu nih."

Ia manggut-manggut, lalu memicingkan mata. "Ayah kok kayak tahu banget? Jangan-jangan Ayah yang punya sekolah ini?"

"Loh, baru tahu, ya?"

"Serius?!" Matanya membulat.

Ayah tergelak. "Ya enggak, dong. Aneh-aneh aja kamu."

Ia langsung cemberut. "Kirain, gitu."

Ayah mengacak-acak rambut sebahunya yang dibiarkan tergerai. "Udah yuk, masuk. Kita kan ditunggu TU."

"Iya." Tidak susah untuk membuatnya tersenyum lagi.

Mereka pun berjalan beriringan memasuki gedung berlantai empat itu. Sesekali keduanya bercanda layaknya ayah dan putri kecil yang sangat dekat.

"Jadi, besok aku udah mulai jadi murid sini, ya?" Ia bertanya, ketika mereka melewati koridor depan ruang-ruang ekstrakurikuler. Sebenarnya kemarin Ayah sudah mendaftarkannya, jadi hari ini tinggal menyelesaikan urusan administrasi dan berkas-berkas yang belum lengkap.

"Iya. Kenapa? Udah nggak sabar, ya?"

Ia tertawa. "Banget!"

"Tapi besok Ayah cuma ngantar sampai depan. Nggak ikut masuk. Kamu berani, kan?"

"Berani, duong!"

"Nggak ada Arnav juga, loh."

"Nggak apa-apa. Aku kan strong. Harus berani di tempat baru walaupun nggak ada yang kenal."

"Bagus. Itu baru namanya Viola Amaluna!"

Keduanya tertawa bersamaan.

°°°

Hai, aku bawa cerita baru. Tapi nggak janji bakal rajin update, soalnya ini cuma selingan kalau lagi sebel sama Om Aa. Dan ini konfliknya ringan banget, guys. Jadi lumayan lah buat hiburan. So, enjoy ya😉

Incredible Smile (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang