Kehidupan itu tidak untuk dinikmati, tapi untuk disyukuri, sebab syukur pasti berbuah nikmat, namun menikmati belum tentu bersyukur
Mobil Hariz sudah memasuki pelataran vila tempat anak-anak kelas XII menginap.
"Lho pak Hariz.." sapa pak Roby, guru agama yang ikut mendampingi anak-anak."Assalamualaikum pak Roby....eh ini tadi saya ada perlu di sekitaran sini, saya ingin mampir saja liat kegiatan anak-anak" Hariz mencari-cari alasan, semoga saja pak Roby tidak berpikir yang lain.
"Waalaikumusallam...ayo masuk kumpul sama guru dan siswa yang lain" ajak pak Roby.
Huff... Syukur deh pak Roby seperti nya percaya saja dengan alasan yang disampaikan Hariz.
"Oh ya pak...saya baca di group katanya Maira dan Hilda kecelakaan... bagaimana sekarang" tanya pak Hariz tak sabar ingin tahu kondisi Maira.
"Oh itu...iya tadi pagi dua siswi itu jatuh ke parit yang lumayan dalam, dengar-dengar karena kepeleset katanya. Tapi sekarang mereka berdua sudah baikan dan sedang istirahat di kamar" jawab pak Roby sambil terus berjalan ke arah ruang tengah vila dimana para siswa sedang berkumpul menikmati kudapan sore.
Akhirnya Hariz pun ikut juga dalam kegiatan outing murid kelas XII. Untung saja semua percaya saja dengan alasan Hariz kenapa ia bisa sampai ke tempat outing tersebut. Sedari tadi Hariz celingukan mencari sosok Maira. Entahlah hatinya begitu kuatir demi mendengar Maira mendapatkan musibah. Karena nya tanpa pikir panjang ia langsung menuju ke tempat itu.
Malam harinya diadakan malam keakraban. Semua guru dan murid berkumpul di halaman belakang vila yang luas. Beralaskan rumput mereka saling bercengkrama. Para murid mengadakan beberapa permainan untuk meramaikan suasana. Sebagian guru asyik membakar jagung dan ubi.
Hariz tak ketinggalan ikut berkumpul dengan para siswa dan guru laki-laki. Sedang para siswi dan ibu guru berkumpul di sisi yang berbeda.
Dari jauh Hariz bisa melihat keberadaan Maira. Hatinya seketika lega melihat Maira baik-baik saja. Terlihat Maira pun ikut larut dalam suasana akrab bersama guru dan teman-teman nya. Terlihat sesekali Maira memijit mata kakinya. Ingin rasanya Hariz mendatangi dan ingin melihat luka yang mungkin dialami oleh Maira. Tapi apa daya ia tidak bisa melakukan itu. Bagaimana pun ia harus menjaga keberadaan nya sebagai guru dan Maira sebagai murid.
Tapi dengan hanya melihat begini saja Hariz sudah cukup puas mengetahui Maira baik-baik saja.🌸🌸🌸🌸🌸
Pelajaran semester genap telah dimulai. Sesudah menikmati liburan semester ganjil, siswa-siswa tampak sangat bersemangat kembali menikmati masa-masa indah mereguk ilmu di bangku sekolah.
Murid-murid kelas XII mendapatkan pelajaran intensif untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional.
Derrrt... derrttt
Ponsel di saku celana Hariz bergetar. Telpon dari ibu.
"Riz...kamu sekarang ada dimana?" Suara ibu lewat ponsel setelah mengucapkan salam."Sepulang dari ngajar, Hariz mau mampir ke toko buku Bu" jawab Hariz
"Ahh...ke toko buku nya kapan-kapan aja Riz...kalau bisa siang ini kamu makan siang di rumah, yaa...ibu tunggu lho... sudah ya... beneran jangan sampai nggak" setelah ibu mengucapkan salam, ibu langsung memutus sambungan telepon tanpa memberikan kesempatan pada Hariz untuk menjawab apalagi menolak.
"Hmmm... kebiasaan nih ibu.." keluh Hariz dalam hati.Pagi sampai siang itu memang ia mendapat jatah untuk memberikan pelajaran tambahan buat siswa kelas XII.
Tak berapa lama, ia pun sudah dalam perjalanan pulang ke rumah. Diliriknya jam di tangannya menunjukan pukul 1 siang kurang. Di halaman depan telah parkir dengan rapi dua buah mobil. Mobil yang satu sudah sangat Hariz kenal, itu mobil mas Rayhan. Sedang mobil yang lain Hariz belum pernah mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When My Heart Choose Him...( TAMAT )
ChickLitKehidupan sangat lah keras bagi Maira Qanita, di saat remaja lain menikmati tumbuh berkembang nya mereka dengan keceriaan Maira harus menahan rasa sakit yang bersemayam sejak di usianya yang ke 10 tahun. Baginya kebahagiaan ibunya yang utama. Belaj...