1

5.5K 349 446
                                    

Beberapa siswa SMA Taruna sedang menikmati jam istirahat di rooftop sekolah. Ada yang bermain game di ponsel, ada yang menikmati camilan. Dan ada juga yang hanya melamun sambil sesekali mengepulkan asap rokok ke udara, dia adalah Al, nama panggilannya.

Al memikirkan surat yang dia dapat dari almarhum kakeknya di ulang tahunnya yang ke tujuh belas, hampir sebulan yang lalu. Dalam surat itu, kakek Al menulis bahwa beliau sebenarnya telah menjodohkan Al dengan cucu dari sahabat karibnya yang tinggal di Bandung. Beliau tidak memaksa Al untuk menerimanya, tapi beliau berkata bahwa beliau akan sangat bahagia dan tenang, jika Al bersedia menerima perjodohan itu.

Dan semalam Papa Al memberitahu bahwa anak buahnya sudah menemukan keberadaan keluarga sahabat karib sang kakek. Dan Papa Al pun sudah menemui keluarga itu. Malam nanti, keluarga Al akan datang ke rumah mereka untuk melamar cucu dari sahabat kakek Al. Tentu saja setelah Al maupun gadis itu setuju dan bersedia menerima untuk dijodohkan. Tapi Al sama sekali tidak tahu apapun soal gadis itu selain namanya, yaitu Rara.

"Kenapa loe Al, gak biasanya bengong?" tanya Dika setelah beberapa saat melihat Al hanya diam.

"PMS kali dia," sahut Raffi spontan.

"Bangke loe!" balas Al sambil menoleh ke arah Raffi.

"Loe kenapa sih, bro?" tanya Adit.

"Gue gak pa-pa, lagi males aja," jawab Al. Lalu dia kembali menghisap rokoknya dan mengepulkan asapnya ke udara lagi.

Ketiga sahabatnya hanya bisa bertukar pandang dan saling mengendikkan bahu, tak tahu apa yang sebenarnya di lamunkan oleh Al.

***

Gadis cantik yang memandang pantulan wajahnya di cermin itu bernama Keyra Natasya Putri. Dulu dia memang tinggal di Bandung. Ayahnya meninggal sejak dia masih kecil dan Ibunya pun meninggal saat dia kelas 3 SMP. Lalu dia dibawa oleh Om'nya untuk tinggal dan bersekolah SMA di Jakarta.

Tantenya datang mengagetkan Rara, "Kamu cantik banget, sayang."

Rara berbalik sambil tersenyum malu dan kemudian berterima kasih. Tantenya lalu membawa Rara ke ruang tamu. Di sana terlihat Om'nya sedang mengobrol dengan pasangan suami istri paruh baya, calon mertua Rara. Mereka tersenyum saat melihat Rara yang kemudian menghampiri mereka dan mencium punggung tangan mereka bergantian.

Mama Al mencium pipi Rara lalu memeluknya, "Akhirnya kesampaian juga aku punya seorang putri. Kamu manis banget sih, sayang."

"Makasih tante," balas Rara tersenyum malu.

"Panggil kami Papa dan Mama ya, mulai sekarang kamu adalah putri kami," kata Mama Al penuh kasih sayang.

"Iya, Ma," ucap Rara.

Lalu mereka duduk. Rara tak melihat sosok calon suaminya. Apa mungkin sebenernya dia nolak dijodohin sampe dia telat atau malah gak mau dateng? batin Rara.

"Rezky tadi ada keperluan ke rumah temennya dulu, nak Rara," kata Papa Al yang seperti bisa tahu isi pikiran Rara.

Rara merasa malu dan hanya bisa tersenyum, yang kemudian disambut tawa oleh yang lainnya. Mereka lalu kembali melanjutkan obrolan.

"Kemarin itu saya kaget waktu Bapak datang ke rumah kami ini. Saya kira ada masalah dengan kerja sama kita, tapi setelah Bapak menyampaikan semuanya, saya jadi inget dengan surat wasiat orang tua kami dulu," tutur Om Rara.

"Dan ternyata gak perlu ke Bandung, putri Mama ini sudah ada di Jakarta ternyata," kata Mama Al sumringah.

Rara hanya bisa tersenyum mendengarnya. Calon mertuanya ternyata sungguh baik. Tapi entah bagaimana dengan si Rezky itu. Apa dia sebaik orang tuanya juga? batin Rara lagi.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang