Prolog

9.8K 842 40
                                    

Keadaan finansial keluarga Lee bisa dikatakan tidak begitu baik bahkan memburuk. Belakangan ini, restoran ayam kepunyaan mereka sepi dari peminat. Dengar-dengar dari kabar yang berada dijalan, ada restoran sejenis yang bahkan lebih enak dan murah dibandingkan restoran mereka.

Sang kepala keluarga dan istrinya kini lebih berhemat dalam pengeluaran, bahkan kedua anak mereka yang sedang kuliah pun sampai bekerja sambilan untuk memenuhi biaya hidup, meskipun keduanya bisa kuliah karena beasiswa, bukan berarti mereka bisa menghindari pengeluaran.

Justru hal-hal kecil seperti makan dan biaya transportasi juga yang lainnya harus di perhitungkan secara matang, mereka berdua telah dewasa dan harus bisa menolong keluarga mereka untuk tetap hidup atau paling tidak, makan sehari-hari. Bicara tentang bisnis lainnya selain restoran, bisnis sewa kamar dirumah mereka juga sepi minat. Siapa yang mau tinggal didalam gang yang jauh dari jalan raya?. Lagi pula kamar yang bisa disewakan hanya satu!. Memang benar, harusnya nyonya Lee tidak menyetujui ide bodoh suaminya. Dan harusnya mencari pekerjaan lain untuk menopang kehidupan.

"Hanya ini yang bisa kita makan?" 

Tuan Lee yang baru saja bergabung untuk makan malam, usai menutup restoran mereka di gang depan sana takjub sendiri melihat meja makan. Empat buah telur mata sapi, mangkuk yang berisi nasi dan juga selada yang menggunung. Itulah menu makan malam mereka kali ini.

"Aku seperti seekor kambing. Kemana uang yang ku berikan padamu setiap bulannya?"

"Kalau kau mau protes, aku akan mengosongkan bagianmu." Sahut nyonya lee. Ia langsung mengambil mangkuk berisi nasi miliknya dan hendak mengosongkan isinya, memindahkannya dalam penghangat nasi. Sebelum akhirnya suaminya itu memegang pergelangan tangannya dan tersenyum.

"Sayang, aku minta maaf! Jangan kosongkan bagianku. Ya ya ya?"

"Kau pikir ini salahku? Kau pikir aku tidak berhemat hah? Bahkan aku tidak bisa membelikan segelas kopi pada pekerja yang membetulkan pintu rumah kita. Tetangga kita bahkan mengatakan aku pelit. Sementara kau disini adalah laki-laki yang murah hati, bahkan sampai murah hatinya kau menanggung hutang orang hingga kita kesusahan begini!"

Seketika suasana di meja makan atmosfernya berubah menjadi panas, padahal diluar sana hujan tengah mengguyur bumi dengan derasnya. Sehun dan Taeyong yang ikut makan pun sepertinya sudah tidak lagi bernafsu. Setelah hampir seharian diluar rumah dan hendak istirahat. Keduanya mendesah dengan kecewa melihat orangtua mereka yang adu mulut. Kalau begini caranya lebih baik mereka tidak usah pulang saja sekalian.

Kakak beradik itu berusaha menjauhkan jangkauan tangan ibu mereka dari rambut sang ayah yang kini berteriak-teriak kesakitan sambil memohon ampun. Benar-benar malam yang penuh kebodohan. Pintu yang diketuk menjadi tanda berakhirnya kehebohan malam ini. Keluarga Lee berlari dengan tergopoh-gopoh ke depan pintu, dan ketika pintu di buka mereka mendapati seorang perempuan muda berdiri dengan tubuh yang hampir seluruhnya basah tersenyum dan membungkuk memberi hormat.

"Tuan, nyonya. Selamat malam, aku lihat di pamflet, rumah ini menyewakan sebuah kamar? Apa benar begitu?"


 Selamat malam, aku lihat di pamflet, rumah ini menyewakan sebuah kamar? Apa benar begitu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jung Jaehyun, sang putra mahkota yang lamarannya di tolak.







Lee Taeyong, orang biasa yang hanya ingin keluarganya bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Taeyong, orang biasa yang hanya ingin keluarganya bahagia.












Lanjut atau tidak?

Lanjut atau tidak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Prince [JaeYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang