Daniel keluar dari kamar mandi dengan hanya handuk yang melilit pinggangnya. Satu lagi handuk kecil di tangan digunakan untuk mengeringkan rambut yang bagian depannya sudah hampir menyentuh mata.
Mendengar suara Jihoon yang sedang berbicara dengan seseorang di pintu apartemen, Daniel menghentikan apapun yang sedang ia lakukan agar semua suara terdengar sampai desibel terkecil.
Jihoon terdengar mengucapkan terima kasih yang kemudian disusul suara pintu tertutup serta terkunci otomatis. Beberapa detik kemudian, Daniel bisa melihat suaminya memasuki ruang tamu dan tersenyum ketika tatapan mereka bertemu.
"Ada yang masih mengantar paket malam-malam?" tanya Daniel heran setelah menyadari Jihoon memegang sebuah box berlabel dan berukuran sedang di tangannya.
"Hng. Petugas kurirnya bilang ini sudah sampai sejak kemarin, saat kita masih bulan madu." jawab Jihoon kalem.
"Paket dari siapa? Untuk siapa? Untukmu?"
"Di sini tertulis untukku, tapi aku tidak tahu siapa yang mengirim. Alamatnya di Jeolla."
"Kau kenal seseorang di pedesaan?"
Jihoon duduk di sofa dan menaruh box itu di meja, "Aku sedang mengingat-ingat."
Daniel mendekati sofa yang sama dengan raut wajah waswas, "Hati-hati, mungkin itu paket iseng."
Jihoon menoleh. Tanpa diniatkan, ia berakhir mengamati titik-titik air yang meluncur dari dada ke perut Daniel dan menghilang pada pinggiran handuk di pinggangnya, "Bagaimana kalau hyung berpakaian dulu, lalu kita lihat isi paketnya bersama?"
Yang bersangkutan mengangguk setuju, "Jangan curang membukanya duluan, ya. Kalau isinya memang berbahaya, kita harus dalam bahaya bersama."
Jihoon tertawa, "Yes, Sir!"
Daniel berlari kecil menuju kamar ganti, dan Jihoon menepati ucapannya. Begitu Daniel selesai dan kembali keluar, pria yang lebih muda belum menyentuh paketnya lagi. Hanya saja, ia tampak berpikir sedikit lebih serius dari sebelumnya.
"Aku ingat siapa yang sekarang tinggal di Jeolla." kata Jihoon bertepatan dengan Daniel duduk di sampingnya.
"Oh ya? Siapa?"
"Wooseok hyung."
Daniel menggali ingatannya sedikit dan raut wajahnya kemudian berubah jelas sekali, "Ah, Si Pengacara itu?"
Jihoon mengangguk sambil menahan senyum menyadari perubahan nada bicara yang juga jelas sekali.
"Kau yakin ini dari dia?"
Jihoon mengangguk kembali, "Masih mau membukanya bersama? Mungkin isinya hadiah pernikahan, mengingat dia tidak datang waktu itu."
Daniel berdeham dan menatap box di meja dengan pandangan menerawang. Sesaat kemudian terdengar suara helaan napasnya, "Yah, belum pasti apakah ini memang dari dia. Ayo buka."
Jihoon tersenyum lebih lebar dan menaruh box di antara dirinya dan Daniel. Awalnya pelan-pelan, tapi semakin lama gerakan Daniel semakin tidak sabaran mempreteli bungkusan box itu.
Isinya dua botol parfum yang ditata di atas bantalan kain berwarna putih bersih. Tidak ada brand yang tercetak pada botolnya, jadi mereka menyimpulkan ini produk homemade.
"Padahal cukup berat, tapi isinya hanya ini?" kata Daniel, ketika Jihoon sedang antusias mencoba menyemprotkan salah satu isi parfum ke udara dan menikmati wanginya.
"Mungkin ada lagi di bawah bantalan ini."
Benar saja. Ketika Daniel berhasil mengangkat parfumnya, di bawah sana masih ada benda lain; sepasang lilin aromaterapi. Kali ini bukan homemade, dan salah satu jenisnya sering Jihoon pakai 'dulu'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gestures [NielWink]
FanfictionDitulis kalau ada ide saja, jadi tidak ada tamatnya. [Alternate Universe] Drabbles and oneshots about sweet gestures in Kang Daniel and Park Jihoon relationship. So, well... it's mostly fluff. WARNING: 📍 Shounen-ai/Yaoi/Boys love 📍 Pairing: NielWi...