Episode 19

366 47 8
                                    

Hari untuk menyerang Suku Momo telah tiba. Semua persiapan telah matang. Mereka juga telah mendapat kabar bahwa kapal Suku Momo telah muncul. Tampaknya mereka juga sudah tahu bahwa Tagon akan menyerang, maka mereka pun sudah membentuk pasukan siap tempur.

Tagon mengumpulkan Prajurit Daekan, para pengawal dan prajurit angkatan laut yang baru dibentuk, untuk membagi tugas masing-masing. Mereka akan berperang di laut. Prajurit angkatan laut tentu saja bertugas di atas kapal, sedangkan seluruh Prajurit Daekan akan berjaga di tepi pantai untuk menangkap Suku Momo yang berhasil menepi. Beberapa pengawal kerajaan juga akan turut membantu. Tagon juga membuka pendaftaran bagi rakyat biasa yang ingin turut membantu di medan perang, baik untuk menyiapkan makanan, persenjataan, maupun obat-obatan. Mereka tidak hanya akan mendapatkan penghargaan dan sejumlah uang, keluarga mereka juga akan dijamin hidupnya oleh Tagon bila mereka tewas di medan perang.

Tagon dan Tanya berdiri di podium, melepas keberangkatan para prajurit. Tanya menatap Yangcha yang berdiri di dalam barisan Prajurit Daekan. Tatapan itu penuh kekhawatiran. Yangcha membalasnya dengan tatapan teduh yang menenangkan.

Diam-diam Tanya meletakkan kedua tangannya di depan perut, lalu menggerak-gerakkan tangannya, berbahasa isyarat, "kau harus pulang dalam keadaan hidup."

Yangcha mengangguk singkat.

Mereka tidak menyadari bahwa Tagon memergoki percakapan rahasia mereka.

Mereka tidak menyadari bahwa Tagon memergoki percakapan rahasia mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~

Bola-bola api tampak melayang-layang menerangi langit malam yang gelap tanpa bintang. Baik armada Arth maupun Suku Momo, masing-masing saling melemparkan panah berapi di tengah laut.

Kapal Suku Momo terbakar. Awak kapalnya terjun ke laut. Mereka menyelam dan muncul dari bawah kapal Arth, menaikinya diam-diam dan menyerang angkatan laut Arth. Kapal Arth banjir darah. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Mereka sama-sama kuat.

Tak lama kemudian, kapal Arth menepi di wilayah Arth. Prajurit Arth yang bersiaga di tepi laut mengira mereka yang menang. Namun ternyata yang turun dari kapal itu adalah prajurit Suku Momo. Rupanya kapal itu berhasil direbut oleh Suku Momo, sang penguasa lautan. Perang di darat pun dimulai.

Meskipun Suku Momo cukup kuat, namun ternyata masih belum bisa menyamai kekuatan pasukan Daekan. Beberapa prajurit Momo terbunuh, ada pula yang tertangkap, sisanya berhasil melarikan diri. Seorang Daekan mengejar seorang wanita dari Suku Momo yang tadi ikut mengangkat senjata. Prajurit itu menembakkan panah yang tepat mengenai kaki wanita itu hingga ia terjatuh. Sang prajurit mengayunkan pedangnya untuk menebas kepala wanita itu, namun tiba-tiba dari atas pohon, seorang pria yang mengenakan masker berayun menggunakan rantai dan menendang prajurit itu hingga terjatuh dan kepalanya terantuk batu. Kemudian ada satu pria lagi yang datang dan memeriksa nadi prajurit yang tak sadarkan diri.

"Masih hidup," kata Mubaek. "Bersembunyilah di sana, aku akan mengalihkan perhatian mereka."

Yangcha mengangguk. Ia menyentak rantainya dan melilitkan kembali ke punggungnya, kemudian ia menarik tangan wanita itu dan mereka bersembunyi di balik sebuah gua.

[Idn-AC FF] Unspoken Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang