Sejeong meraih ponselnya yang diletakkan tak jauh dari papan ketik komputernya. Ia baru ingat semalam ponselnya sengaja dimatikan, saking buntu pikirannya saat itu. Sejeong tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Kini ponselnya baru saja menyala setelah beberapa detik lalu ia nyalakan kembali.
"Hah? Jam 5?"
Buru-buru Sejeong beranjak dari kursi kemudian membuka tirai rumahnya.
Benar saja. Hari itu langit senja sudah menyapanya di balik jendela. Lembayung jingga membentang indah tertangkap oleh kedua retinanya, membuat Sejeong terdiam sejenak menikmati ketenangan dan kehangatan yang terpancar.
Beberapa notifikasi yang tak kunjung berhenti,terus berdenting dari ponselnya mengalihkan atensi Sejeong mengagumi langit. Tanpa beranjak dari tempatnya, ia membuka satu persatu pesan yang masuk.
Selesai membalas beberapa pesan yang menurutnya penting, ibu jarinya kemudian bergerak memilih salah satu nomor untuk dihubunginya.
Tujuannya menyalakan ponsel bukan sekedar ingin, namun ia merasa harus menghubungi seseorang yang menurutnya harus tahu kejadian aneh yang sudah terjadi padanya seharian ini.
"Jaehwan, di mana?" Bukan sapaan yang Sejeong katakan setelah panggilannya terjawab.
"Di kereta. Baru pulang."
"Mampir sini, bisa?"
"Ada apa? Projek udah beres?"
Sejeong menggeleng meski dirinya tahu Jaehwan tentu tidak akan melihatnya. "Belum. Bukan soal itu."
"Terus apa?"
"Ada yang aneh?"
"Biasanya juga suka aneh."
"Ih serius!"
"Iya, iya, apa?"
"Kesini dulu."
"Iya kesana."
"Sekalian beli makan. Aku lapar."
"Magadir."
"Nanti uangnya diganti."
"Dua kali lipat."
"Mana ada!"
"Ongkos jalan."
"Ck."
"Ditunggu ya, Kak."
Sejeong langsung menutup panggilannya tanpa membalas kalimat yang Jaehwan lontarkan.
Sambil menunggu kedatangan temannya, Sejeong kembali fokus pada layar komputernya. Membaca ulang apa yang sudah tertulis di sana. Sesekali ia juga mengubah beberapa kalimat rancu dan memperbaiki kata yang salah ketik.
Meski belum mendapatkan petunjuk apapun tentang hadirnya tulisan tersebut, Sejeong juga enggan untuk menghapusnya. Ia justru berpikir untuk melanjutkannya. Barangkali ia mendapatkan inspirasinya setelah memahami isi dari cerita tersebut. Karena menurutnya cerita itu tidak terlalu buruk.
Saat langit senja hilang, Sejeong pun menoleh kemudian bergerak untuk menutup tirainya. Langit sudah terlihat menggelap sekarang, tapi temannya tak kunjung datang.
Perempuan dengan surai yang tidak begitu panjang itu kembali meraih ponselnya untuk menghubungi temannya lagi.
Baru saja panggilannya tersambung, ada ketukan cukup keras dari pintunya. Sejeong pun menghentikan panggilannya kemudian berlari kecil menuju pintu. Orang yang sedang ditunggunya itu sudah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTHOR ; ksj-kdn
FanficBagi seorang penulis, berhalusinasi itu hal yang biasa 'kan?