Dihukum

25 2 0
                                    

Malam ini aku berkumpul bersama keluargaku di rumah. Ada ibuku yang sedang menonton acara kesukaannya, lalu ada ayahku yang sibuk dengan berkas-berkas pekerjaannya, serta Kak Nadia yang sibuk dengan handphone nya.

Aku kadang kurang suka dengan acara yang ada di TV. Karena adegannya yang kadang terlalu membosankan, begitu juga adegan lucunya yang kadang terlalu dibuat-buat. Aku lebih memilih sibuk dengan bermain handphone. Melihat berita apa saja yang terjadi hari ini. Apakah artis yang mencari sensasi untuk meningkatkan popularitas nya, atau orang yang viral karena tingkahnya yang terlalu berlebihan.

Jaman sekarang memang aneh. Orang-orang rela mempermalukan dirinya sendiri hanya untuk meningkatkan popularitas nya. Beda dengan jaman dulu yang berusaha mati-matian demi mendapatkan apa yang dia mau. Itu yang dikatakan ayah saat kami berkumpul.

Esok hari, sekolahku mengadakan kegiatan kerja bakti. Semua siswa membersihkan seluruh halaman sekolah. Kelasku membagi beberapa kelompok agar pekerjaan cepat selesai. Aku satu kelompok dengannya bersama nisa, kami ditempatkan di bagian kantin sekolah. Sementara sinta dan rama dibagian ruangan kelas. Saat sedang membersihkan halaman kantin tiba tiba.

••••••••

"Yah kantin tutup lagi, " ucap Ryan mengelap keringat yang ada di keningnya.

"Oiya kalian tau tempat makan disekitar sekolah ga?." ucapnya menghampiri aku juga Nisa.

"Ada sih kedai diluar sekolah kenapa emang?." jawab nisa. Jarinya menunjuk ke belakang seakan memberi tau.

"Ada yang bisa nemenin saya keluar ngga? Nyari makanan. " ucapnya sambil meletakkan peralatannya di lantai.

"Eh gue gabisa masih ada tugas nanti, mending sama Dania aja." Nisa menepuk pundakku.

"Hah?." ucapku kaget.

"Udah temenin, kasian Ryan anak baru, belum tau jalan, nanti nyasar lagi." kata Nisa sambil tersenyum menatapku.

"Tapi ini kan belum bel istirahat.'' ucapku menatap kearah Ryan juga Nisa.

"Udah gapapa, kasian noh perutnya bunyi terus." kata Nisa sambil tertawa kecil.

Karena kantin yang sedang tutup sebab mengadakan kerja bakti. Akhirnya Rian mengajakku ke kedai yang Nisa beritahu sebelumnya.

"Gimana, kamu mau?" ucap Ryan menatapku sambil mengangkat alis tebalnya.

"Hmm yaudah. Tapi jangan lama lama ya." jawabku memasang muka takut kearahnya.

"Iya engga kok. " ucapnya sambil menarik tanganku. Berjalan menuju belakang sekolah.

Sentuhan pertamaku dengan seorang laki-laki , sebelumnya aku belum pernah bersentuhan dengan laki-laki lain setelah aku putus dari lingga, tidak ada lagi laki laki yang memegang tanganku kecuali papah dan Rama, hatiku merasakan sesuatu yang tidak bisa ku jelaskan, aku hanya diam, Apa aku suka dengan Rian?

Lingga adalah mantanku saat aku baru masuk SMA, sekaligus ketua osis di sekolah. Dia lebih tua dariku satu tahun . Kita menjalin hubungan selama dua tahun.

Hubungan kita berakhir bukan karena kita beda pendapat, tapi karena jarak yang memisahkan kami berdua. Saat dia lulus, dia langsung pindah bersama keluarganya ke Yogyakarta untuk tinggal dan melanjutkan kuliah disana. Akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Aku yang saat itu baru mengenal percintaan. Hanya diam setiap hari, tidak melakukan apa-apa, tidak ingin bicara dengan sahabatku dan sesekali air mataku menetes ketika aku melihat foto kami berdua.

Satu JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang