16

2.7K 285 33
                                    

Double up nih... 😁😁

Atauuu mau triple up??





😆😆😆😆😆





Seluruh member sudah tertidur di kasur Masing-masing. Mereka sempat khawatir dengan keadaan Changkyun. Tetapi, Changkyun berakting dengan sangat bagus di depan hyungdeulnya hingga mereka percaya padanya. Tidak untuk Wonho tentunya.

Kihyun sudah menghubungi Jooheon tadi. Jooheon menjawab ia akan pulang sedikit terlambat. Menurut Kihyun, tidak ada kejadian yang serius diantar mereka. Jadi ia tidak terlalu memperdulikannya.

Wonho masih terjaga di depan pintu dormp. Ia menunggu Jooheon pulang hingga larut.

"Jooheon"

Wonho memanggil Jooheon yang masih di ambang pintu dorm.

"wae hyung?" tanya Jooheon acuh.

"kemari"

Jooheon menuruti Wonho menuju ruang televisi.

"apa kau marah dengan Changkyun?"

"bisakah kita bicarakan hal ini nanti saja hyung? Aku sangat lelah" Jooheon terlihat malas mendengarnya.

"tidak."

"Joo, hyung mohon jangan benci Changkyun. Ini kesalahan hyung. Seharusnya hyung membantu Changkyun" sesal Wonho.

"tidak. Ini bukan kesalahan hyung. Ini kesalahan anak itu. Dia sudah menghancurkan barang berharga milik ku." Jooheon sudah terlihat sangat marah. Ia berusaha tidak membentak hyungnya itu.

"seberapa berharga barang itu untuk mu, Joo? hingga kau berucap bahwa barang ITU lebih berharga dari dia?" wonho menekan kan kata 'itu' pada kalimat nya.

"kau tidak akan tahu seberapa berharganya barang itu, hyung"

"hyung tidak akan pernah mengetahui jika kau tidak menjelaskannya pada hyung, Joo"

Jooheon terdiam. Keadaan di antara mereka sunyi.

"barang itu adalah guci keramik. Gucinya tidak sebesar seperti biasanya. hanya segenggaman tangan. Tetapi itu lumayan berat. Yang membuat guci itu berharga adalah orang yang memberinya. Orang itu adalah nuna ku"

Wonho tahu, Jooheon mempunyai nuna yang sangat cantik. Ia sudah meninggal sejak Jooheon masih menginjak masa SMA. Tetapi ia tidak mengetahui bahwa pemberian terakhirnya adalah guci yang sangat istimewa.

"nuna meninggal karena mengalami kecelakaan. Ia kecelakaan saat membeli guci itu untuk ku."

"aku tidak tau kenapa nuna memberikan ku sebuah guci"

"aku mengingatnya. Saat itu, hampir semua penumpang di bis termasuk nuna meninggal di tempat. Tetapi, hanya guci itu yang tetap di pegang erat oleh nuna. Dan guci itu tidak retak sedikit pun"

Jooheon mengingat salah satu kejadian yang sangat sensitif baginya. Ia sedih. Apa lagi mengingat barang berharga itu sudah pecah tak terbentuk. Ia sangat sedih dan marah jika mengingatnya.

"mianhae, Joo"

"tidak, ini bukan salah mu, hyung." Jooheon tersenyum terpaksa.

"tapi salah anak itu" lanjutnya

"tidak Joo, ini bukan salahnya"

Jooheon tidak peduli. Ia meninggalkan Wonho setelah berpamitan. Ia lelah. Badan dan pikirannya sangat lelah.

.

.

.

.

IM CHANGKYUN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang