Bab 9: The Past | 2

4.9K 538 18
                                    

Waktu berlalu sangat cepat bagi orang-orang yang bahagia, terasa begitu singkat. Usai SMA, Tante Mira memasukkan Brahma ke sekolah memasak terbaik sementara Evans kuliah di universitas ternama. Anak tunggalnya itu begitu tergila-gila pada dunia bisnis, sedang keponakannya sangat terobsesi dengan resep-resep baru.

Evans mendapat semua fasilitas mewah selama kuliah, sementara Brahma menolak fasilitas yang sama yang ditawarkan Tante Mira. Dia merasa tahu diri, tidak ingin membebani sang tante lebih banyak lagi. Selama mendalami sekolah masaknya, Brahma juga mengambil side job sebagai pelayan di restoran. Dari situlah dia bisa mendapatkan pengalaman langsung di lapangan.

Kedua sepupu itu semakin jauh satu sama lain. Evans yang hobinya foya-foya khas anak orang kaya, bahkan koleksinya adalah cewek cantik dan motor sport. Brahma saat itu hanya bisa menelan ludah melihat motor sport Evans yang berjejer, mengkilat dan menggiurkan. Dia ingin, tapi bukan dari Tante Mira. Dia akan membeli motor seperti itu sendiri, suatu hari nanti.

Soal asmara, Brahma juga pernah beberapa kali menjalin hubungan pacaran, tapi selalu berakhir di tengah jalan. Cewek-cewek itu menilai Brahma over protektif dan membosankan. Benar, rasa trauma Brahma mungkin sudah hilang, atau justru tumbuh menjadi sisi yang lain?

Gara-gara trauma sering melihat ibunya disakiti sang ayah, dia menjadi cowok super protektif pada cewek-ceweknya, nyaris posesif bahkan. Dia juga begitu benci pada cowok-cowok yang hanya bisa berlaku kurang ajar terhadap perempuan. Sayang, tidak semua cewek suka diperlakukan demikian protektif oleh pacarnya. Alasan itulah yang lagi-lagi membuat hubungan Brahma kandas.

Kisah cintanya yang terakhir apalagi, gara-gara itulah Brahma jadi anti-cewek sampai sekarang. Cincin dalam kotak beledu yang nyaris akan digunakannya untuk melamar sang pacar terpaksa dilemparnya jauh ke tengah laut. Darah Brahma berdesir setiap kali memorinya kembali mengajak bernostalgia pada momen tersebut. Emosinya selalu tersulut. Itulah saat di mana kehidupan menempatkannya dalam posisi yang benar-benar sulit. Semuanya karena Evans!

Brahma tersenyum getir. Ya, Tuhan, lihat saja! Sekarang masa-masa sulit itu akan kembali terulang dalam hidupnya sejak dia mengenal Shalu. Shalu Yoris Bijani. Dokter hewan yang cengeng dan manja tapi baik hati. Suara riang tawanya bisa membuat Brahma bahagia. Mengenal dirinya membuat Brahma ingin kembali mencoba mencecap satu hal yang telah lama dia tinggalkan-cinta. Bahkan Niken, dengan sejuta kelebihannya tetap tak mampu mendobrak pintu hati cowok jangkung itu, tapi Shalu teramat mudah membuatnya luluh.

Sayang, statusnya sebagai calon istri Evans membuat dia tak berdaya. Lagi-lagi Evans! Bukan tidak mau bersaing dengan sepupunya itu sebelum janur kuning melengkung, tapi dia tak akan tega berbuat begitu pada Tante Mira. Wanita yang sudah dianggap sebagai ibu keduanya tersebut begitu menginginkan Shalu.

Di lain sisi, sikap protektif Brahma terhadap Shalu mulai membuatnya berpikir egois. Evans bukanlah pria yang tepat untuk mendampingi gadis selembut Shalu, begitu bisik hati kecilnya. Kenapa harus Shalu, kenapa dia harus jatuh cinta pada gadis itu? Brahma mengepalkan tangannya kuat-kuat, giginya mengertak.

Ya, Tuhan, belum cukupkah membuatku menderita? Antara tidak ingin mengecewakan Tante Mira tapi mengorbankan Shalu, atau melindungi gadis itu-gadis yang sekarang menempati relung hatinya-dengan mempertaruhkan keinginan sang tante?

Atau dia harus membeberkan pada Shalu tentang rahasia Evans-rahasia mereka berdua? Itu bisa saja menjadi jalan pintas untuk merebut Shalu, tapi
... ah! Ditepisnya pikiran terakhir barusan jauh-jauh. Dia bukan anak kecil, dan mengambil risiko tersebut hanya akan berbuntut panjang. Biar Shalu tahu sendiri, dia toh pasti tidak akan dibutakan oleh cinta dan bisa menilai mana pria yang tepat atau tidak untuknya. Perang batin sedang bergejolak di hati Brahma.

The Last Recipe (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang