Aku Chelsea, kalian semua tentu belum mengenali aku. Aku sekarang sedang manjalankan kuliahku di Jerman, negara yang sangat jauh dari Indonesia. Sudah 2 tahun aku bersekolah disini, dan aku mulai merasa nyaman karena banyak sekali hal baru yang aku temui dan cocok bagiku. Dan satu hal lagi, jika kalian berpikiran bahwa aku seorang diri disini, maka kalian salah. Aku ditemani oleh orang yang bisa kubilang orang ke-3 yang sangat aku sayangi setelah Tuhan dan keluargaku, Bryen.
Aku dan Bryen sudah bersahabat lama sekali, dan akhirnya kita berdua saling suka. Tapi, dulu kita pernah mengalami sesuatu hal yang mungkin tidak pernah akan aku lupakan.
24 September
Waktu itu aku masih ingat, aku sedang latihan untuk tes masuk SMA. Aku sangat suka pergi ke kafe untuk sekedar menenangkan pikiranku sambil pelan-pelan belajar materi-materi SMA. Lalu, aku bertemu seorang laki-laki, wajahnya tampan, tubuhnya tinggi dan kurus, memakai denim jaket berwarna biru donker. Ia datang dan langsung duduk di meja sebelahku yang kebetulan kosong. Saat ia duduk, entah kenapa aku tiba-tiba berkeringat dan mulai gugup, aku berpikir apa yang aku rasakan saat itu. Lama-lama aku tidak terlalu mempedulikannya, dan aku mulai kembali fokus pada belajarku. Tiba-tiba, ada seorang waiter kafe yang hampir tidak sengaja mendorong kursiku sedang hendak membersihkan meja didepanku. Hampir aku terjatuh, ternyata tanpa kusadari, laki-laki yang duduk dimeja sebelah itu datang dan menahan aku yang hampir terjatuh. Kami tidak sengaja menatap satu sama lain, "Kamu gak-papa? Ada yang sakit gak?" kata dia. "Gak ada kok, makasih ya udah megangin kursi aku". Lalu dia membalas nya dengan sebuah senyuman, "GILA!! APAAN TADI!!", dalam hati aku bicara. Aku tidak menyangka dia dengan cepat menahan tubuhku yang hampir jatuh.
26 September
Hari tes SMA sudah datang, untungnya aku sudah mempelajari semua materi pembelajaran SMA. Aku sangat gugup dan takut kalau sampai tidak diterima, tetapi aku juga yakin bahwa aku pasti bisa lulus dengan hasil yang memuaskan. Banyak anak lain dari sekolah yabg berbeda juga ikut mendaftar di sekolah itu, dan banyak anak yang terlihat sedikit gugup sama sepertiku.
Setelah sekian lama aku melihat-lihat, padanganku tiba-tiba terhenti saat melihat seorang murid laki-laki sedang bersandar didekat mobil. Setelah aku ingat-ingat kembali, aku menyadari bahwa dia adalah laki-laki yang menolongku saat aku hampir jatih di kafe dua hari yang lalu. Tak lama kemudian, panitia mulai memanggil semua murid-murid yang hendak mengikuti tes tersebut, dan betapa kagetnya aku ketika aku mengetahui bahwa dia akan menjalankan tes dikelas yang sama demgan aku. Dari situ aku sudah mulai kembali gugup, rasanya ingin menyapanya, tetapi sayangnya karena jiwa kucingku mulai muncul, aku tidak berani menyapanya karena malu. Panitia mulai membariskan kita semua sesuai dengan ruang tes masing-masing, alangkah terkejutnya aku ketika mengetahui bahwa dia duduk disebelahku ketika tes berlangsung. "Ya Tuhan, rencana apakah yang Engkau berikan padaku hari ini, hingga aku sangat beruntung hari ini" dalam hatiku.
Saat tes mulai, panitia meng-absen kita satu per satu, "CHRIS DEVON ", ia mengangkat tangannya. "CHELSEA BETHANNY", saat namaku dipanggil aku langsung dengan semangat mengangkat tanganku. Lalu aku berusaha melirik dia yang duduk disebelahku, ya aku tahu itu bodoh, melirik orang yang duduk disebelahmu, kenapa tidak langsung menoleh kearahnya? Ya seperti yang kukatakan, aku ini bagaikan manusia berjiwa kucing, yang sangat malu-malu.
Tes sudah selesai, aku buru-buru keluar dan ingin segera berkenalan dengannya. Saat dia keluar kelas, aku langsung menyapanya, "Hai, boleh kenalan gak?" dia bilang, "Sure, namaku Devon". Dalam hatiku, "YAAMPUN BAIK BANGET DIA, KALEM PULA!!". "Aku Chelsea, salken ya :)" sambil memberikan senyumanku. "Iya Chels, aku udah tau kok hehehe, yaudah nanti kita ketemu lagi ya. Bye" sambil ia melambaikan tangannya kearahaku.1 Oktober
Saat itu aku sangat takut kalau nantinya aku tidak dapat diterima, banyak anak yang berpendapat seperti itu pula. Tiba-tiba, ada seseorang menyentuh pundaku, saat aku pelan-pelan menolehkan kepalaku kearah nya, aku terkejut bukan main ketika yang memegang pundakku adalah Devon, "Hai, kamu Chelsea ya?" dia menanyakan hal itu kepadaku. "Iya, aku Chelsea." Mulai dari situ, kita berdua mulai saling berkomunikasi.
"CHELSEA BETHANNY, selamat kamu diterima", aku sudah kehabisan kata untuk mengungkapkan betapa senangnya aku saat itu, tak lama kemudian, "CHRIS DEVON, selamat kamu diterima", ternyata Devon juga diterima di sekolah itu. Aku langsung menghampirinya untuk mengucapkan selamat, kami berdua saling salaman dan mengungkapkan kebahagiaan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Kita (Eugenia Chresentia 9D/14)
Romancekisah dua sahabat yang bertemu sejak kecil, kemudian beranjak dewasa bersama melalui tawa dan tangis sampai akhirnya tak terpisahkan. sampai suatu ketika mereka dipisahkan waktu. mungkinkah mereka bertemu lagi, atau apakah mereka akan dipisahkan sel...