MAAF?

9 0 0
                                    

*
Akankah rasa menjadi cinta,yang hanya terbalut oleh bosan dan acuh?
*
_____________________

Setelah alvia lama menunggu kedua temannya akhirnya datanglah mereka dengan jinjingan hitam yang ada di tangan sintia
"Paket datang" teriak ashila
"Astagfirullah" teriakan ashila hampir membuat alvia mati karena kaget apalagi tadi alvia sedang diam melamun
"Hahah makanya jangan ngelamun bu,masih siang"
"Siapa juga yang ngelamun wlee" ledek alvia kembali
"Udah udah,ayo makan laper nihhh" ucap sintia sembari membuka makanan yang tadi mereka beli di kantin,akhirnya mereka bertiga pun mengisi perut yang dari tadi meminta untuk di isi.

Setelah 20 menit berlalu,datang perempuan cantik yang membersihkan luka alvia
"Udah sembuh? Kalo udah,ke aula lagi ya soalnya mau ada pengumuman penting" tuturnya lembut
"Iyaaa,makasih infonya kak"jawab mereka bersamaan
"Sama-sama"
belum lama setelah perempuan berkulit putih itu keluar meninggalkan mereka bertiga
Alvia menuruni kasur yang sedari tadi menjadi tumpangannya
"Eh eh mau kemana?" Tanya sintia panik
"Ayo kesana,gua udah lumayan sembuh ko cuman harus ada yang bantu deh kayanya"pinta Alvia
"Yaudah ayo" jawab Ashila sambil memegang tangan kanan alvia
"Yakin lo kuat?" Tanya Ashila Saat mereka bertiga berada di depan pintu UKS
"Kuat,yang penting ada kalian berdua" ucap alvia sambil mengerlingkan mata sebelahnya
"Jijik"jawab sintia dengan wajah di buat seolah-olah menjijikan
Alvia dan Ashila hanya tertawa melihat tingkah laku,teman satunya itu.

Sesampainya di Aula, pintunya terbuka dengan lebar,hal itu memudahkan Ashila yang sedang menuntun Alvia masuk,sedangkan Sintia dia membawa barang-barang yang Alvia bawa seperti tas dan nametag nya. Ya,calon siswa wajib membawa name tag yang sudah disuruh oleh panitia. Pada saat MOS berlangsung jika ada yang tidak memakai nametag mereka akan di kenakan sanksi berupa membersihkan seluruh toilet .

"Permisi ka" ucap ashila pada kaka kelas yang sedang berada di pinggir pintu,alvia yang masih merasakan sakit di bagian kakinya hanya menahan sakit dan tersenyum sebaik-baiknya agar terlihat baik baik saja.

Alvia dan kedua temannya berjalan ke tempat duduk ashila dan sintia duduki sebelumnya,setelah merasa nyaman alvia mulai memfokuskan pandangannya ke depan seketika hatinya berdegup lebih cepat,saat menyadari tengah ada pria yang tertidur pulas dengan earphone yang terpasang rapih di telinganya. Jarak mereka hampir bisa di bilang jauh tapi rasa yang di timbulkan serasa sangat dekat,alvia buru-buru menepis bayangannya bahwa dia jatuh cinta pada Alfino,ia menenangkan hatinya yang sedari tadi tidak karuan dan memalingkan wajahnya untuk tidak melihat ke arah depan.

Hampir 15 menit suasana aula ricuh,karena obrolan-obrolan yang diciptakan oleh 500 di dalamnya
Belum lama setelah itu suara mic terdengar di seluruh penjuru ruangan yeng menyita perhatian dari seisi aula.
"Mohon perhatian" ucap wanita berambut hitam sepenggung dengan bandu merah di kepalanya
"Siap perhatian" serentak siswa dan siswi menjawab
"Terimakasih atas perhatian kalian semua,langsung saja untuk mempersingkat acara harap dengarkan baik-baik ucapan dari ketua pelaksana kita, tolong jangan ada yang mengobrol apalagi bercanda bisa di fahami?"
"Siap bisa" jawab mereka bersamaan

Pemberitahuan tentang malam ini mereka akan menginap di sekolah dan akan ada kegiatan api unggun membuat siswa dan siswi bersorak ria,begitupun dengan alvia dan kedua temannya mereka segera pulang dan mempersiapkan untuk malam api unggun nya.


Alvia melirik jam yang terlingkar di tangannya sudah menunjukan pukul 11.15 siang dan mereka harus sudah kumpul di sekolah jam 15.00 sore.
Alvia berjalan dengan pelan karena kakinya belum bisa berjalan dengan stabil jika mungkin ashila dan sintia tidak berbeda arah pulang mungkin alvia akan lebih mudah berjalan,ashila dan sintia sudah menawarkan jasa untuk mengantar alvia pulang terlebih dahulu namun karena alvia tidak ingin merepotkan terlalu banyak,akhirnya alvia memutuskan untuk sendiri. Sakit yang alvia rasakan sudah tidak terlalu parah itulah alasan yang membuat alvia ingin pulang sendiri dan itu tidak bohong itu nyata,rasa sakitnya sudah tidak terlalu sakit semenjak alvia berada di ruang aula.

AMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang