30 | Martabak cinta

644 97 4
                                    

"SOOBIN! "

Mata Soobin langsung melotot, ia berdiri seolah kehilangan arah.

"Ada apa? Kebakaran? " tanya Soobin masih dengan pikiran yang entah kemana.

Yeji menendang kaki Soobin hingga lelaki itu tersungkur sembari meringis memegangi kaki kirinya.

"Sakit Ji! " pekik Soobin mengerung.

"Semalem lo apain gue? " tanya Yeji dengan nada marah, seolah menanyakan apa yang terjadi hingga ketika Yeji bangun tanganya menggenggam tangan Soobin.

Soobin memegang kepalanya, pusing. Nyawanya belum terkumpul, serasa dunia ini menghitam sekejap.

"Jawab Bin, " desak Yeji tapi Soobin masih pusing hingga Soobin mengedipkan matanya berkali-kali.

"Hah? " sahut Soobin ketika pusingnya sudah reda.

"Lo ngelakuin apa ke gue semalem? " tanya Yeji membuat rangsangan otak Soobin langsung konek.

Lakuin? Semalem?

"Kayaknya seru ngerjain bocah kecebur kemaren, " pikir Soobin sebagai candaan dipagi hari.

"Lo lupa? Apa pura-pura lupa? " tanya Soobin dengan smirk.

Yeji terlihat sedang berpikir, bajunya lusuh seperti habis hujan-hujanan dan tidak ganti. Matanya melihat Soobin yang berpakaian sama sepertinya sama sama lusuh.

"Lo ga ngelakuin hal khusus kan? " tanya Yeji hati-hati, pikirannya sudah kemana-mana.

"Kan gue nanya, lo lupa? Apa pura-pura lupa? Masa enggak inget yang terjadi semalem, " ucap Soobin dengan senyuman semuringah.

Yeji mengedarkan pandanganya, diruang tengah. Bukan dikamar, enggak mungkin ada hal khusus yang terjadi padanya dan Soobin.

"Enggak tahu gue lupa, minggir gue mau mandi. " kata Yeji berdiri dan beranjak menuju kamarnya diatas.

Soobin cekikikan tapi ditahan sama tanganya.

"Mandinya jangan mandi biasa, mandi besar Ji! " tungkas Soobin membuat Yeji berbalik.

"Apa lo bilang! " seru Yeji.

Soobin menggelengkan kepalanya.

"Enggak, untung budeg. " ucapnya lalu tertawa membuat tanda tanya besar dikepala Yeji.

"Lo ngelakuin apa ih! " kesal Yeji, masih tidak mengingat apa yang terjadi semalam.

"Udah, katanya mau mandi. Sekolah sono, " titah Soobin lalu berdiri membereskan ruang tengah yang acak-acakan.

Yeji menghentakkan kakinya lalu pergi menuju kamarnya.

Setelah selesai Yeji menggendong tasnya asal, masih penasaran.

"Bin! Dimana lo! " teriak Yeji menghampiri kamar Soobin.

Namun ternyata Soobin tengah merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Lo gak sekolah Bin? "  tanya Yeji sambil masuk ke kamar Soobin, guna mengecek.

Soobin menengok.

"Enggak, libur dulu. " kata Soobin lemah.

Yeji terduduk disamping ranjang memeriksa suhu badan Soobin dengan menempelkan punggung tanganya didahi Soobin, panas.

"Mau gue temenin ga? " tanya Yeji tapi Soobin menggelengkan kepalanya.

"Enggak, gue bisa jaga diri sendiri. " jawab Soobin melirik air putih dan sejumlah obat diatas nakas.

Yeji mengangguk.

"Kalau gitu, gue mau ke sekolah ya. Jaga diri baik-baik, kalau ada apa-apa telpon aja. Tapi kalau hal yang emergency aja, " kata Yeji menekankan dikata yang dimiringkan.

Soobin mengangguk lalu meraih ponselnya yang ada diatas bantal disampingnya, lalu mengecek nomor Yeji dan benar ponsel Yeji tersambung.

"Enggak percaya banget sih lo, " dengus Yeji ketika Soobin mengecek nomor nya.

"Ya siapa tahu aja enggak aktif, nanti percuma dong gue telpon lo. " kata Soobin.

"Nomor gue masih aktif ya, emangnya situ masa tenggang mulu. Abis duit kan lo beli nomor melulu, " cibir Yeji menaruh ponselnya disaku baju.

"Hilih, tenang sultan mah bebas. " sombong Soobin dan ya meski itu memang benar.

"Gue berangkat ah, mau dibeliin apa lo? " tanya Yeji sedikit memberi perhatian, kasihan anak orang takutnya mati terus yang serumah dijadiin tersangka.

Soobin sedikit berpikir lalu setelah itu tersenyum.

"Beliin martabak aja, tapi dibumbui cinta kamu. "

"Tai lo! " dengus Yeji lalu pergi sembari menghentakkan kakinya.

"Ih gitu baper teh, " ucap Soobin sembari tertawa.





TBC

Kakel Choi vs Dekel Hwang「Byuntae Namja」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang