Oneshoot

891 77 5
                                    

Pulang Bareng
(Deffan Kenanjaya)

___________

Apakah hari ini Deffan akan beruntung karena berhasil membujuk Sesyl untuk mengantarnya pulang?

Sepertinya begitu.

Tapi bisa juga tidak.

Deffan sudah bersyukur karena setelah mengantar Farzan ke bengkelnya bang Didik, dia tanpa sengaja malah bertemu Sesyl ketika akan membeli buku di toko buku.

Apakah ini yang dinamakan jodoh?

Deffan terlalu ngarep.

Ntar jatoh, sakit.

Mewek.

Curhat sama kakek:'

Iya, kakeknya Deffan adalah tempat yang sering Deffan gunakan untuk mencurahkan semua keluh kesah dalam menjalani hidup, termasuk masalah percintaannya dengan Sesyl yang bertepuk sebelah tangan.

Senengnya Deffan nggak telungan saat Sesyl akhirnya mau dia antar pulang. Kejadian yang langka karna sekarang Sesyl sedang menduduki jog belakang motor vespa kekiniannya. Duduk bak seorang ratu yang berhasil menguasi wilayah istana di hati Deffan.

Saking senangnya Deffan bahkan tidak bisa berhenti senyum. Seraya menyetang motor, dia pasang tampang bahagia yang tidak diketahui Sesyl, karna gadis itu duduk di belakangnya.

Ternyata bahagia versi Deffan itu sangat sederhana. Ditatap balik sama Sesyl aja dia bahagianya sampai mau jungkir balik, guling-guling dan salto nggak jelas. Tapi berusaha dia tahan. Ya kali, mau begitu beneran di depan Sesyl. Yang ada doi makin ilfil. Makin jauh nanti harapan bisa bikin Sesyl balik jatuh hati.

Di sepanjang perjalan pulang, mereka berdua cuma diem-dieman. Deffan terlalu bingung mau ngajak ngomong apa. Soalnya kalaupun dia ngomong, Sesyl pasti cuma bakal nanggepin satu kata dua kata. Atau parahnya malah cuma diem aja. Bikin Deffan jadi merasa lagi ngomong sendiri.

Kayak orang gila.

Emang udah gila sih.

Gila karna cintanya neng Sesyl.

Najis bucin_-

Terserah Deffan aja, yang penting Deffan seneng.

Kembali ke kedua remaja itu. Karena merasa canggung akibat suasana hening yang menyelimuti keduanya, Deffan memutuskan untuk mengajak bicara Sesyl. Masa bodoh kalau nanti Sesyl tidak mau menanggapinya, setidaknya dia tidak merasa canggung.

"Tadi habis beli buku, Syl?"

"Hah? Apa?!"

Karena mereka sedang di tengah-tengah bisingnya jalanan ibu kota, alhasil suara Deffan ikut teredam kebisingan. Sesyl tidak bisa mendengar suaranya.

"Tadi lo habis beli buku?!"

"Gimana? Gue nggak denger!"

Apalagi karena Sesyl mengenakan helm, jadi dia tidak bisa mendengar sama sekali apa yang Deffan katakan.

Deffan menarik napas panjangㅡambil ancang-ancang. Dia yakin kali ini Sesyl pasti akan mendengar suaranya.

"TADI LO HABIS BELI BUKU?!!" ulangnya, kali ini jauh lebih keras.

"KOK LO MALAH NGEBENTAK GUE?!!"

Hadeuh salah.

"Bukan gitu, Syl. Soalnya dari tadi lo nggak denger," ujar Deffan berusaha menjelaskan.

"JADI MAKSUD LO GUE BUDEG!!"

Salah lagi.

Deffan menggaruk pelipisnya, tiba-tiba merasa pusing karena apapun yang dia katakan selalu salah di mata Sesyl.

FOR US[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang