Lelaki itu adalah Gio. Kibasan angis mengelus rambutnya dengan pelan menambah kesan tampan yang ia miliki.
Lidya ternganga melihat wajah asli Sang Panglima yang dikatakan oleh mereka. Lelaki yang sangat ia percaya, telah mengkhianatinya.
Oxy dan Aluna pun terkejut dengan posisi yang disandang oleh Gio. Benar-benar di luar dugaan mereka.
Tak kalah dari itu Alex langsung ternganga. Ia mengamati Gio dari atas ke bawah, begitupun Sadam, Rudi, dan Rustam.
"Panglima itu kau?" heran Alex sembari memutar pada tubuh Gio seakan Gio adalah pusat orbitnya.
"Apa yang kau herankan? Dia adalah sang Panglima, kaki tanganku, dan orang kepercayaanku." Robert menarik Alex menjauhi Gio. Ia tidak ingin membuat panglimanya kesal.
"Kau yakin melakukan ini? Bukannya kau sangat bertekad membantu Lidya? Kenapa kau berubah menjadi pengkhianat dan merangkap sebagai musuh dalam selimut?" decak Alex dengan nada yang teramat sombong.
Gio mendengarkan seolah-olah sedang menyimak ucapan seseorang yang penting. Kemudian ia tersenyum dan menyunggingkan senyumnya. "Mengapa bisa seorang pengkhianat bertanya tentang pengkhianatan kepada orang lain? Apakah kau tidak pernah melihat dirimu di cermin?"
"Apa yang kau katakan?!" murka Alex terhadap apa yang dikatakan Gio.
"Apa yang aku katakan?" Tiba-tiba Gio terkekeh dan terlihat memandangnya dengan remeh.
"Kau pengkhianat!" teriak Aluna lantang. Gio segera mengalihkan fokusnya kepada wanita itu. Ia menaikkan satu alisnya, ia tampil dengan elegan kini, irit berbicara dan diam. Senyuman yang ambigu akan artinya, hanya itu yang ia ungkapkan.
"Jadi, kau mau apa?"
"Kau harus musnah dari dunia ini! Buka ikatan ini biarkan aku membunuhmu! Kita lihat siapa yang akan menang? Aku tidak membiarkan kau bernafas lebih lama!" murka Aluna menatapnya dengan sangar.
"Membunuhku? Kau mampu membunuhku? Kau saja terkapar tidak berdaya berhadapan dengan satu anak buahku tadi, orang yang aku ajarkan. Kau yakin bisa membunuhku? Jangan terlalu melampaui batas kemampuanmu," decak Gio terdengar angkuh.
"Diam kau! Akan aku buat nyawamu melayang di udara dan wajahmu mencium tanah!" sangkal Aluna tidak terima. Ia sangat yakin tenaganya naik berkali-kali lipat.
"Kau mengkhianatiku?" tanya Lidya melirih. Gio mengamatinya dan tertawa atasnya.
"Matamu tidak melihat dengan jelas?"
"Mengapa kau jahat seperti ini? Kau mempersiapkan kematianku?" tanya Lidya melirih. Kecewa menghujam asanya, ia melemah, kian melemah.
"Mengapa kau tega mengkhianatiku?" tanya Lidya lagi. Ia menangis sejadi-jadinya. Sakit dan perih kematian mungkin tidak sesakit atas pengkhianatan orang yang sangat ia sayangi.
"Apalagi? Kematian sangat menggugah untuk dilewatkan. Lagipula aku masih punya tujuan yang harus aku penuhi bukan hanya melindungimu. Lalu kau percaya jika aku akan melindungimu? Lebih baik aku memenuhi tujuanku daripada mempertahankan tetap hidupmu. Kau menangis? Tentu saja kau kecewa karena sikapku. Lihat, kau telah tertipu! Kau sangka seseorang akan melakukan sesuatu dengan setulus hatinya? Tidak Lidya, tidak ada orang seperti itu. Jikapun ada itu hanya karena buta dan takut, selain itu tidak ada yang akan melakukannya dan pikiranku masih waras," jelas Gio dengan nada yang terkesan menyebalkan untuk di dengar oleh Lidya.
"Apa salahku kepadamu? Mengapa kau melakukan ini kepadaku?" lirih Lidya dengan teramat kecewa.
"Kau telah salah karena telah berurusan bersama Robert. Seharusnya kau harus berpikir sebelum berurusan dengan seseorang," jawab Gio tanpa meragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔
Teen FictionBook 2 of Lathfierg series Wajib baca 'Just Cause You, Just For You' terlebih dahulu! "Ini bukanlah akhir dari segalanya." Kalimat yang sering Lidya rapalkan ketika ia terpuruk jatuh, hingga ia mencoba untuk bangkit lagi dan berdiri tegap dengan men...