4 : what feeling?

59 11 0
                                    

bisa menghargai penulis bukan?
biasakan vote setelah membaca dan berikan komentar yang positif untuk cerita ini janganlah menjadi seorang
ghost reader
 

Happy Reading
.

Hari yang sangat melelahkan. Sungguh, guru fisika itu selalu saja memberikan tugas lebih pada kami. Jika saja aku berandal, mungkin aku sering meninggalkan kelas. Tidak dengan Jaemin, dia tampak memperhatikan penjelasan guru dengan baik.

Sekarang aku mengurung di dalam kamar, merebahkan tubuh sejenak di temani oleh Nana dan Juju. Satu lagi aku hampir lupa, di sini ada kak Jaehyun dia tengah duduk di sampingku dengan tangannya yang bermain dengan keyboard Laptop.

"Akhir-akhir ini kakak terlihat sibuk sekali?" Aku terduduk menatap kak Jaehyun yang tengah fokus dan mengajaknya berbicara.

"Hm.." jawabannya membuatku sangat kesal. Tega sekali dia, aku bertanya tapi jawabannya seperti itu. Jika saja aku tahu kalau kak Jaehyun akan menjawab seperti itu, aku tidak akan menanyakannya.

"Malam nanti, mau pergi jalan dengan kakak tidak?" Dia segera mengakhiri aktivitas dengan laptopnya. Dan mulai memainkan pipiku sambil berbicara menatapku. Dia sedang merayuku, supaya aku tidak merasa kesal.

"Yah, aku ada janji dengan Jeno kak. Dia mengundangku makan dengan keluarganya. Sayang sekali, padahal aku ingin pergi dan bermain denganmu" aku cemberut. Sungguh sangat di sayangkan, tentu saja itu yang aku nantikan. Pergi jalan dan bermain dengan kak Jaehyun, sudah lama kami tidak bermain bersama karena kesibukan masing-masing.

"Ya sudah. Jika kamu ingin, lain kali saja kita pergi" ujar kak Jaehyun dengan senyum yang membuatku selalu gemas sendiri. Karena perkataannya aku senang sekali, berarti dia punya janji akan mengajakku pergi dan menghabiskan waktu bersama.

"Baiklah, sayang kakak deh. Oh iya, boleh antar aku kerumah Jeno?"

"Apasih yang enggak buat adek kakak satu-satunya ini, yasudah kakak pergi bersiap terlebih dahulu" setelah kak Jaehyun pergi dari kamarku, aku segera bersiap untuk mendatangi rumah Jeno. Sembari tersenyum atas perlakuan manis kak Jaehyun. Jarang sekali dia bersikap begitu padaku.

Aku telah sampai di rumah Jeno. Sekarang aku sedang duduk di bangku dan menunggunya di taman, karena dia yang memintanya. Sembari menunggunya, aku memainkan ponselku dan kebetulan sekali saat itu baru saja ada Line dari Jaemin. Aku membuka, dan membacanya.

Na Jaemin

|Kau sedang apa, di rumah Jeno?
17:24
Read

Jeno mengundangku|
17:25
Raed

|Seharusnya Jeno adalah aku
17:26
Read

Mengapa Na?|

17:27
Read

|Kau tidak merasakannya _-
17:27
Read

Aku bingung apa maksudnya, merasakan apa? Aneh sekali dia, tapi aku ingin tau.

"Jungchae, apa menunggu lama?" Itu Jeno datang dengan berlari kecil. Kemudian duduk di sampingku.

"Tidak apa-apa" aku tersenyum.

"Aku ingin berbicara padamu" seketika raut wajah Jeno berubah, seperti ada sesuatu yang ia takuti.

"Begini Chae, papa ingin menjodohkan ku dengan putri sahabat nya, aku tidak ingin. Jadi sebelum itu, aku ingin kamu berbohong pada mereka kalau kamu itu pacarku" jelas Jeno panjang lebar. Perkataannya membuatku ingin sekali membencinya.

"Mengapa? Dan mengapa itu harus aku?" Aku menatapnya kesal. Aku bingung, mengapa harus aku yang menolongnya.

"Aku pikir dengan begitu papa akan membatalkan perjodohan itu, dan karena aku tahu kau pasti akan membantuku" Sungguh, apa ini Lee Jeno? Mengundangku datang ke rumahnya hanya untuk bersandiwara di depan keluarganya.

"Baik, tapi jika terjadi sesuatu itu urusanmu" tegasku.

Aku dan Jeno, masuk ke dalam rumahnya dan berjalan menuju arah ruang makan yang desainnya cukup mewah. Aku mulai mengapsen seluruh isi ruangan ini. Satu lagi yang tak aku lewati, Na Jaemin. Aku melihatnya, tatapanku terhenti pada Jaemin. Aku baru sadar dari tadi dia memang tengah menatapku. Aku tersenyum ke arahnya.

Aku melangkah mengikuti Jeno. Sekarang aku duduk di kursi paling ujung kanan. Dengan, di sebelah kiriku adalah Jeno, dan di sebelah kananku adalah Jaemin. Orangtua Jeno mulai menduduki kursi mereka. Kami semua mulai memakan makanan yang sudah tersedia di atas meja. Disela-sela itu Jeno mulai membuka pembicaraan.

"Ma pa, kenalin ini Jung Chaeyun teman sekelas Jeno sama Jaemin" ucap Jeno kepada kedua orang tuanya. Aku tersenyum, saat mereka mulai menatapku.

"Oh iya? Mama pikir siapa" setelah menghentikan acara maknanya beberapa detik mama Jeno, Tante Tiffany mulai melanjutkan memakan makanannya. Jaemin hanya terlihat bingung saja, dengan tingkah Jeno yang keliatan bingung dan gugup. Aku hanya diam menatap Jeno. Dan Jeno memberi isyarat kepadaku, untuk berbicara pada orangtuanya.

"Hai om, Tante" aku tersenyum, walaupun ini menjengkelkan. Hanya untuk Jeno aku bersandiwara seperti ini.

"Chaeyun ini pacar Jeno pah" setelah hening beberapa saat, akhirnya Jeno mengatakannya. Perkataannya itu sontak membuat orang-orang di meja makan terkejut apalagi dengan Jaemin. Aku diam, Jaemin langsung menatapku datar, mengapa? Ini yang membuatku bingung tentang Jaemin.

"Maksud kamu Jen?" Tante Tiffany bingung dengan perkataan Jeno. Disisi lain Jaemin bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan meja makan begitu saja, tanpa mengucapkan satu kata apapun. Tingkahnya membuatku bingung sekali padanya. Jadi lebih baik aku pergi mengikuti Jaemin keluar. Sedangkan Jeno aku tidak peduli padanya, itu urusannya.

Saat aku keluar terlihat Jaemin tengah duduk di bangku taman menatap langit, entah apa yang ia lihat. aku mulai berjalan ke arah sampingnya.

"Jaemin, kamu kenapa?" Aku berbicara dengan nada lembut. Perkataanku terdengar olehnya. Tetapi dia tidak berani menatapku, dan masih setia menatap langit malam.

"Tidak, untuk apa kau kesini?" Jawabnya dengan ketus.

"Aku khawatir padamu" Entah kenapa aku gelisah saat aku melihat wajah Jaemin yang tampak kesal saat Jeno mengatakan pada keluarganya kalau aku adalah pacarnya. Dan saat ia meninggalkan meja makan aku mengkhawatirkannya, kupikir ada sesuatu yang terjadi. Ternyata dia hanya keluar dan duduk di bangku taman seorang diri.

"Pergilah, pacarmu akan mencari. Jangan pedulikan aku" perkataannya membuatku hatiku ini serasa rapuh. Tapi tidak, ini salahku. Andai saja aku menolak membantu Jeno, mungkin ini tidak akan terjadi.

"Tap—"

"Pergilah" ujarnya dengan lemah lembut. Aku tahu dia merasa kesal padaku. Jika tidak, tidak mungkin dia menatapku kesal saat di meja makan tadi, dan dia menyuruhku pergi.

"Ok" air mataku jatuh, hatiku seperti terluka. Aku bingung perasaan apa ini, apa aku ada rasa padanya. Mengapa aku baru saja mengaku pada diriku sendiri.

Perasaan apa ini.

To Be Continued

.
.

©yieunx.02_

[✔️] About you : Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang