satu.

0 0 0
                                    

// Lesah, namanya.

Dia sedang berjalan ke kelas seraya mengikat rambut panjangnya, sesekali ia memandangi kaca kelas yang di lewati— melihat rapih atau tidaknya ikatan rambut yang ia ikat.

Setelah merasa sudah rapih, ia tersenyum manis dan lanjut berjalan ke kelas dengan damai.

Namun, tiba-tiba seseorang menarik ikatan rambutnya. Membuat rambutnya kembali jatuh dan berantakan.

"Ngapain sih lo?!"

Lesah memutar tubuhnya, menatap lelaki yang kini tengah panik karna salah orang. Sungguh hari yang buruk bagi mereka berdua.

"Eh.. maaf, gue kira temen gue. Sorry, sorry," Ucap lelaki yang bernama Galih. Tangannya terulur memberikan ikatan rambut Lesah.

Lesah mengambilnya dengan kasar. "Nama lo siapa?" Tanyanya masih dengan mukanya yang sebal.

"Gue?" Tanya Galih memastikan. "Gue Galih, kenapa?"

"Oke. Galih." Ujar Lesah penuh penekanan.

"Ini masih pagi dan mood gue ancur gara-gara lo. Gue bakal ingetin muka lo dan nama lo, inget ya!"

"Terus, kalo udah ingetin muka dan nama gue, lo mau apa?"

Lesah mendecak. "Mau sinisin lo. Karna lo udah songong padahal kita nggak kenal!"

"Loh? 'Kan tadi gue udah nyebut nama gue. Otomatis kita kenalan dong?"

"Ha? Lo pikir kita kenalan padahal gue sama sekali nggak ngasih tau nama gue." Bantah Lesah.

Galih tertawa kecil, tangannya menunjuk badge name milik Lesah yang sontak membuat Lesah menutupinya.

"Heh, mesum lo ya!" Jerit Lesah yang membuat Galih kelabakan. Untung saja, belum banyak orang di koridor ini.

"Bukan itu maksud gue astaga!" Seru Galih. "Itu gue liat di badge name lo. Lesah Rahmadanti, 'kan?"

Lesah mengernyit, melihat badge name-nya lalu melepas tangannya salah tingkah.

"Ah, udah pokoknya sana lo pergi!"

"O.. ke?"

"Udah pergi sana!"

Galih melangkah, "Iya ini mau jalan. Dasar nenek lampir."

"WOY?!?!?!"

[🐝]

scene one; pertemuan.

RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang