ENAM

6K 408 7
                                    

Jeana masih bergulingan di atas ranjangnya. Hari ini Dia tidak ada jadwal pemotretan mengingat Ia tak berniat berkarir sepenuhnya di dunia modeling, Ia sengaja membatasi pemotretan untuk dirinya. Ia juga sudah menitipkan coffeshop dan restoran pada asistenya. Dia merasa aneh saat mengingat percakapanya dengan Andra di rooftop Fedora Corner. Dan berangkat ke Fedora Corner hanya akan menambah ingatanya.

"So?" tanya Jeana setelah meyesap miliknya. Mengalihkan debaran jantungnya yang masih membandel.

Andra menatap Jeana serius. "Mungkin Kamu merasa keberatan dengan status Saya sebagai duda yang memiliki buntut. Apalagi Saya bercerai dengan istri Saya karena Dia selingkuh. Pasti ada yang salah dengan Saya sampai Kita bercerai." lanjut Andra. Dia tak ingin keberanianya yang setipis tisu itu lenyap.

"Tapi Jean, Saya akan berusaha untuk menjaga komitmen dalam rumah tangga Kita, of course kalau Kamu menerima Saya dan Gisel." Andra mengucapkan dengan cepat. Takut kalimatnya terdengar agresif, Ia juga sedikit jiper melihat reaksi Jeana yang berubah terkejut. "Kesalahan Saya yang disebutkan oleh mantan istri Saya mengapa Ia memilih pergi dan akhirnya bercerai, karena Saya tak memiliki waktu luang untuk keluarga." tatapan Andra berubah menerawang.

"Saya sudah berusaha meluangkan waktu untuk Gisel selama lima tahun ini."

"Saya tidak bisa janji akan selalu membahagiakan Kamu karena Kita akan memiliki waktu panjang untuk saling belajar memahami satu sama lain dan mungkin ada kalanya Kamu akan marah, kesal dan benci pada Saya atas kesalahan yang tidak bisa Saya prediksi dari sekarang." Andra menatap pada kedua mata Jeana.

Jeana menelan saliva gugup karena mendapat tatapan dari sepasang mata elang milik Andra. Ia tak sanggup mengeluarkan suara.

"Jika kamu tidak keberatan menerima Saya dengan Gisel dan segala masalalu Saya. Ah iya, jangan lupakan sikap brengsek dan juga kelakuan buruk Saya." Andra mengambil jeda. "Ayo Kita menikah."

Jeana mengerang kesal saat kembali memutar memori semalam. Dibagian mulut bodohnya menjawab ajakan menikah Andra menjadi main fool yang sangat Ia kutuk.

"Kenapa tidak ada cin-cin lamaran-"

Beruntunglah otaknya cepat kembali. Ia bisa menahan kebodohanya. Andra terkekeh melihat wajah Jeana yang memerah karena malu sekaligus gugup. Jeana mengutuk dirinya karena terlena dengan kalimat Andra seperti dalam film yang Ia tonton.

"Maaf, besok Saya akan jemput Kamu untuk memberikan cin-cin yang-"

"Lupakan. Ayo pulang, sudah malam."

¤¤¤

Tomi benar-benar tidak melepasnya saat jam makan siang. Ia bahkan mendatangi ruanganya di kantor untuk memastikan Andra tidak kabur darinya sepuluh menit sebelum jam makan siang. Andra sempat berkelit akan ada meeting saat makan siang dan dengan santainya Tomi bertanya pada sekretarisnya.

"Tidak, Pak. Pak Andra hari ini mengundur jadwal pertemuan karena banyak berkas yang harus di periksa. Beliau meminta untuk atur ulang."

Andra mendengus sebal mendapat senyum mengejek Tomi. "Jadi, Ndra? Siapa Jeana yang di maksud Om Lukman?"

Membuang nafas sebal. Andra heran mengapa Ayahnya harus bertanya segala hal pada Tomi. "Calon istri gue." jawab Andra malas. "Dan gue seharusnya keluar cari cincin buat Jean. Bukan makan siang bareng lo kaya pasangan homo."

Tomi terbahak mendengar repetan kesal dari Andra. "Baru kemarin lo masih alasan ragu saat disiruh kawin lagi eh ini main cari cincin aja. Sengebet itu bro?" ucap Tomi menggebu-gebu.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang