Teman Sarah

861 103 12
                                    

"Kamu serius?"

"Emang keliatan lagi becanda ya?"

Aku menaruh gelas yang sedang ku genggam, dan memfokuskan pandanganku kearah tangan Yuta yang sedang merogoh isi sakunya.

"Sementara ini dulu aja ya, gapapa kan? Aku nunggu dulu si ayah pulang dari bogor, abis itu langsung ke rumah kamu." Ujarnya sembari membuka sebuah kotak cincin yang tentu saja didalam nya ada sebuah cincin sederhana dengan satu buah permata kecil ditengahnya."

Aku terdiam memperhatikan wajah Yuta yang sedang serius melepas cincin tersebut dari tempatnya, dan selanjutnya dia pasangkan di jari manisku.

"Itung-itung latihan dulu aja, belum resmi sih tapi jangan dilepas ya?" Ujarnya dengan wajah yang menatapku dalam, tangannya menggenggam tanganku erat seakan sedang menunggu kalimat apa yang akan aku ucapkan.

"Ini gak terlalu cepet emang?" Tanyaku.

"Memangnya waktu 2 tahun masih kurang lama ya?"

Aku tertegun mendengar jawaban Yuta. Secepat inikah Yuta akan benar-benar menikahiku? Padahal, selama ini kita berdua sama sekali tidak pernah menerka-nerka akan menikah secepat ini.

"Tapi aku pingin lulus dulu."

"Taun ini kan kamu emang udah harus lulus." Yuta tertawa sambil mengusak rambutku.

Ingin menangis tapi aku sedang merasakan bahagia yang luar biasa, akhirnya aku hanya bisa tertawa dengan pelupuk mata yang sudah berair.

Yuta memelukku dan aku hanya bisa menyembunyikan wajahku di dadanya. Antara percaya dan tidak percaya jika hari ini aku dilamar Yuta walaupun ceritanya masih latihan.
































Dua minggu sudah berlalu saat Yuta melamar aku. Bahagianya masih terasa sampai hari ini. Cincin pemberiannya masih terpasang dijari manisku, sangat berkilauan padahal hanya bermatakan satu permata kecil.

Aku terus menerus menatap cincinku sampai pada akhirnya ponsel ku bergetar membuyarkan lamunan. Aku bergegas mencarinya di dalam tas dan benar saja nama Yuta terpampang dilayar.

"Halo?"

"Masih dikampus?"

"Iyaa, ada apa?"

"Engga, cuma mau bilang aja malem ini aku gajadi mau kerumah kamu. Aku masih ada urusan di cafe yang di Buah batu."

"Ohh iya gapapa kok."

"Kamu lagi apa? Udah bimbingannya?"

"Belum, ini lagi nunggu pembimbing belum dateng."

"Yaudah semangat ya.. Bawa motor ga?"

"Enggak, motornya dipake Rendy. Nanti aku pulang pake ojek aja."

"Mau aku mintain Juli jemput kamu ga?"

"Gausaaaah."

"Hmm yaudah aku tutup ya telepon nya."

"Iyaaa, bye.."

"Byee.."

Sedikit kecewa karena ini sudah ketiga kalinya Yuta membatalkan rencana untuk datang kerumahku. Tapi aku berusaha bersikap dewasa karena Yuta sibuk bekerja pun untuk aku juga.

Setelah selesai urusanku dengan pembimbing, aku mengarahkan langkah kaki menuju kantin. Memesan makanan terlebih dahulu kemudian mencari meja kosong yang bisa aku tempati.

101 [ YUTA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang