B117

40 8 0
                                    

Hal yang Hilang

Ketua kelas yang terpilih tiga tahun berturut-turut-karena tidak ada yang berniat menggantikannya-, Bayu, berdiri di depan kelas mencari pusat perhatian para murid. "Gaes, tolong mata ke depan. Ada info dari Ketos."

Semua keributan dan kebisingan langsung lenyap dan mereka memusatkan perhatian pada Bayu.

Bayu yang merasa cukup mengambil alih mulai melanjutkan tugas mulianya, "Gini, tentang kegiatan lomba antar sekolah itu termasuk lomba kebersihan sekolah. Oke, jadi kalian mengerti, bukan? Sebentar kita gak masuk belajar, tapi kita diminta untuk membersihkan kelas sama melengkapi yang hilang. Oke, ada pertanyaan?"

Tuti angkat tangan, "Melengkapi yang hilang? Emang apa yang hilang, Yu?

Bayu menunjuk vas bunga yang berada di meja guru, "Lihat itu!"

Semua perhatian langsung menuju ke vas bunga, "Kalian lihat bunga di situ?"

"..." Semua murid terdiam, pasalnya mereka adalah pelaku atas hilangnya bunga. Bukan hilang, hanya saja mereka mencabutnya satu persatu hingga akhirnya tak ada bunga yang tersisa.

"Lalu itu!" Bayu menunjuk ke atas.

Semua orang melihat ke atas, tapi tidak menemukan apa-apa.

Yudan mengerutkan keningnya heran, "Gak ada apa-apa."

Bayu mengangguk, "Iya, kan lampunya udah hilang."

"..." Semua orang terdiam.

Bayu kemudian menunjuk dinding polos, meja, dan sudut kelas. "Itu, itu, dan itu, jika kalian punya mata, kalian pasti tidak akan melihat apa-apa di situ."

Aisya mengangkat tangannya, "Di meja kita apa yang hilang? Kan dari awal meja kita memang kosong."

Bayu memijat pelipisnya dengan sabar, "Sekarang gue tanya, dimana karton biru yang membungkus rapi meja kalian?"

"..." Semua terdiam lagi.

"Oke, kalian semua pintar jadi bekerja samalah dan mulai bekerja. Oh, iya, jangan lupa kumpul uang sepuluh ribu." Ucap Bayu tegas.

Yudan bergidik ngeri, "Ogah."

Yang lain juga berseru tidak setuju. "Pakai uang kas aja."

Tatapan Bayu tajam menatap seluruh murid yang ada di dalam kelas ini. "Oke, Kiki, buka buku kas. Dan baca nama-nama yang belum bayar beserta jumlah uangnya."

Kiki yang namanya disebut langsung membuka tasnya dan mengeluarkan buku sakti yang menyilaukan mata, membuat seisi kelas mendadak sakit mata.

Tio buru-buru berdiri menghentikan gerakan Kiki, "Ok, stop!" Mata Tio layu dan menatap seluruh teman kelasnya dengan wajah ramah. "Teman-temanku yang tercinta, mari kita hentikan perdebatan dan mulai mengumpul uang. Bayangkan jika utang kas kalian lima puluh ribu atau seratus ribu, apalagi lu Yud, gak pernah bayar kas. Mending bayar kas tau ngumpul duit?"

Semua orang mulai berpikir dan sepakat patungan lebih baik daripada ditagih untuk membayar uang kas yang sudah menumpuk. Namun, bagaimana pun juga Yudan adalah Yudan, dia mendengus kesal dengan pilihan tak bermoral itu. Itu seperti dia diminta untuk memilih antara bunuh diri atau dibunuh, tentu saja dia lebih memilih membunuh! Sayangnya itu tidak masuk dalam pilihan.

Bayu bertepuk tangan dengan keras untuk menghentikan perdebatan dan mulai mengarahkan masing-masing orang untuk bekerja.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang