.
.
.
Seokjin tak pernah menyangka kalau kencan semalam seperti ini bisa jadi sesuatu yang benar-benar luar biasa. Apalagi dengan seseorang yang baru ditemuinya malam tadi. Sejatinya Seokjin sudah memberitahu Jimin kalau dia sedang ada di Busan untuk menangani pekerjaan dan sepertinya akan tinggal sampai akhir minggu. Sayangnya, lelaki bertubuh mungil tersebut malah membalas pesannya dengan emoji menangis.
.
Astaga Kak, maafkan aku! Dua hari ke depan jadwal rumah sakit penuh sekali. Tapi hari Minggu sepertinya sudah kosong. Mau bertemu denganku dan Yoongi untuk makan siang? Setelahnya kita bisa jalan-jalan berdua karena dia harus kembali ke kantor.
.
Sekarang masih Jumat malam dan Seokjin sudah nyaris mati bosan. Mobilnya diparkir agak jauh dari pusat hiburan, lantas menyusuri sepanjang trotoar yang penuh pejalan kaki. Tanpa pertimbangan, kakinya melangkah masuk ke bar besar yang berdiri tepat di samping sebuah hotel, mengambil tempat di sofa paling ujung selagi menyesap anggur sambil menikmati musik, dan menyadari bila dirinya tengah diperhatikan.
Pria itu duduk di seberang Seokjin, bertubuh tinggi dan berwajah menarik. Rambutnya perak tersisir rapi dan berpenampilan parlente dengan lengan kemeja tergulung hingga siku. Seokjin balas mengamati karena merasa raut pria itu rupawan dan termasuk tipe favoritnya. Hidung mancung, rahang kokoh, dan bibir tebal yang sensual. Sepasang lesung pipi turut melekuk saat pria itu tersenyum miring. Kesannya agak seram tapi Seokjin tak mampu beralih fokus. Sejenak menyesal kenapa tak ada yang berparas setampan itu diantara deretan kolega atau karyawan perusahaannya.
Dan Seokjin terpaksa berkedip bingung saat pria itu mendadak berdiri, membawa minumannya dan berjalan menghampiri sofa di ujung ruangan.
"Boleh duduk di sini?" tanya pria itu sambil menepuk sandaran di sebelah Seokjin dan mengerling dengan begitu menghanyutkan. Belum pernah ada lelaki yang sanggup menggetarkan hatinya hanya berbekal satu lirikan. Mungkin memang jelmaan setan, pikir Seokjin.
Tak butuh waktu lama sampai mereka terlibat obrolan seru. Pria yang mengenalkan diri sebagai Kim Namjoon tersebut sepertinya benar-benar pandai membuat orang terpikat. Kalimatnya terlontar begitu lancar dan Seokjin sama sekali tak merasa canggung. Berbeda dengan saat pertama kali bertemu mantan-mantan terdahulu yang membuat Seokjin merasa dominan dan ingin mencubit mereka dengan gemas, pria satu ini justru membuatnya ingin rebahan di atas dada sementara Namjoon mengelus-elus kepala dan mengecupi pelipisnya. Entahlah. Aneh memang.
Seokjin tak ingat berapa banyak alkohol yang dikonsumsinya tapi dia masih cukup sadar ketika Namjoon mencondongkan tubuh dan mulai bicara sambil berbisik rendah di telinga, memuji wajahnya yang begitu mempesona, cara tertawanya yang unik, wanginya yang menggoda, juga bagaimana perhatian Namjoon reflek tersita saat dirinya memasuki bar sejenak lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)
Fanfic[BTS - Namjin/Monjin] Karena keindahan Seokjin adalah anugerah terbesar yang tak berhenti dikaguminya. Tiap saat, diantara hela napas berhembus puja. Bahkan ketika Namjoon tak cukup mempercayai keberadaan Sang Pencipta. . . . . SHEN|MEI Kumpulan Fi...