Setibanya di rumah, Lea melenggang masuk dengan langkah gontai dan wajah yang sedikit muram khas siswa pulang sekolah.
"Da!!!" Teriak Lea mengageti adiknya yang sedang duduk di sofa depan televisi ruang keluarga. Aliana Aldebaran, atau Nana, adik perempuan Lea yang kini duduk di bangku kelas 3 SD.
"Ihhh... Kakak nakal." Respon Nana saat dikageti oleh Lea. Dan gadis berusia 17 tahun itu mendapat hadiah gaplokan berulang kali di bahunya dari sang adik.
"Aduh, aduh, aduh, sakit, iya, iya maap, ampun..." Lea meringis kesakitan. Kemudian Ia duduk di sebelah adiknya.
"Kakak tadi telat masuk sekolah ya..." Intimidasi sang adik dengan tatapan dan nada menggoda. Sepulang sekolah tadi, Oma bercerita kepada Nana kalau kakaknya bangun kesiangan.
"Ih enggak kok... Orang gerbang sekolahnya juga belum ditutup. Sok tau ih." Protes Lea tidak terima dibilang terlambat masuk sekolah.
"Kak..." Ucap Nana lembut namun manja.
"Apaaa sayangg???" Tanggapan Lea dengan nada menggoda.
"Mmm... Kan besok itu Jumat, trus Sabtunya kan kita libur. Aku boleh ga nginep di rumah Mama?" Tanya gadis kecil itu pelan tapi pasti.
Lea meresponnya dengan senyuman lembut, kemudian berkata, "Kamu udah izin sama Oma?"
"Udah Kak, kata Oma boleh asalkan Kakak ngizinin sama Kakak yang nganterin." Ucap Nana disertai puppy eyes andalannya.
Lea kembali tersenyum hangat sembari mengelus rambut sang adik, "Boleh sayang." Lanjutnya.
"Yeeee..." Sorak Nana kegirangan, lalu memeluk sang Kakak, "Makasih ya Kakak yang paling baik dan paling cantik sedunia." Sambung Nana. "Kalau ada maunya aja baru dibilang cantik sama baik." Eluh Lea dan diakhiri dengan mereka tertawa.
***"Mau kemana neng?" Tanya Oma yang berpapasan dengan Lea di ruang keluarga.
"Mau ke cafe bentar Oma." Jawab gadis itu.
"O yaudah, hati-hati ya, jangan kemaleman pulangnya." Sambung Oma ketika Lea bersalaman padanya. "Nggak bakal kemaleman kok, palingan juga paginya baru pulang." Ucap Lea santai berniat untuk menggoda Omanya, yang dibalas dengan cubitan gemas oleh sang Oma.
***Lea memarkikan motornya di depan cafe, kemudian melenggang masuk. Suasana cafe cukup ramai malam ini. Lea berjalan menuju tempat pemesanan.
"Selamat malam dan selamat datang Mbak Lea yang cantik jelita layaknya bidadari yang turun dari surga, tapi tetep cantikan istri saya, hehe." Sambut Aldo yang merupakan karyawan di cafe milik Lea tersebut, D'haus cafe.
"Makasih ya Aldo atas pujian sekaligus caciannya." Respon Lea dengan senyum yang dibuat - buat. Mereka memang sering bercanda apabila sedang berada di cafe.
Saat Lea dan Aldo asik berbincang, dari arah berlawanan muncul Sari yang juga merupakan karyawan di sana. "Mbak Lea, Mbak Lea..." Katanya dengan panik dan tidak ketinggalan logat Jawa medoknya.
"Kenapa Sar?" Tanya Lea yang masih terdengar santai.
"Didepan, Faris ribut sama mas-mas." Jelas Sari. Faris juga merupakan karyawan di cafe tersebut. Mendengar penjelasan Sari, Lea mengerutkan kedua alisnya. Tanpa berucap ia langsung melenggang ke tempat kejadian.
Lea melihat ke salah satu tempat duduk di dekat jendela. Benar kata Sari, disana ada Faris dan seorang pemuda yang terlihat sedang terlibat percekcokan. Tanpa menunggu lama ia langsung menghampiri mereka. Sesampainya di sana gadis itu mencoba untuk melerai mereka, "Permisi mas, ada yang bisa saya bantu?" Pemuda yang diajaknya bicara pun menatap ke arah Lea dengan tatapan tak suka, namun gadis itu membalasnya dengan tersenyum ramah.
"Cukup! Ga ada yang bisa dibantu, ga bakal saya balik ke sini lagi, 'brugh'" Ucap pemuda tersebut, diakhiri dengan gebrakan meja yang cukup keras dan membuat orang disekitarnya terlonjak kaget. Pemuda itu melenggang pergi, membuat Lea layaknya orang linglung.
"Kenapa sih tu orang ris?" Tanya Lea pada Faris. "Gatau mbak, orang ga jelas banget. Dia kan tadi pesan cappucino, jadilah tuh yang dipesen, pas dianter ke dia, eh malah protes bilang rasanya ga enak lah, ga kayak biasanya lah, trus kita ganti kan demi service yang baik, eh dia masih aja ngomel ngomel gak terima, ngata-ngatain service kita jelek lah, kita ga bisa jaga mutu lah, Saya juga sudah minta maaf eh dia masih aja marahin Saya, bilang ga becus dan lain-lain." Jawab Faris panjang lebar.
"Yaudah gapapa, buat pelajaran aja ya, buat bahan evaluasi nanti. Udah balik kerja lagi gih." Ucap Lea mencoba menetralkan suasana hati Faris. "Bentar, Mbak Lea ga marah sama saya?" Tanya Faris, Lea menjawabnya dengan diawali senyuman sedikit tertawa, "Ya nggak lah, emangnya masalah bakal selesai gitu dengan cara marah-marah? Nggak kan." Jelas Lea. "Hehe, makasih ya mbak." Kata Faris sebelum kembali bekerja, Lea membalasnya dengan senyum dan anggukan mengiyakan.
***Hai hai hai guys...!!!!
Balik lagi nih...uhuy!!!
Sorinya kalau part ini rada gajelas, tapi tunggu aja jawaban dari ketidak jelasan part ini okee...
Belum ada suasana kebaperannya nih, nanti ya baper-bapernya, tunggu di part-part selanjutnya.
Thanks guys.Jangan lupa vote ya guysss...💞
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEANOR
Genç Kurgu"Kian merdu suara rindu, mendayu merasuk dalam kalbu, memecah sendu menjadi pilu, merubah halu menjadi candu, meski tau akhirnya tak tertuju" Eleanor Aldebaran. "Mengapa harus menghindar untuk saling melupakan, tak usah bersapa layaknya orang tak ke...