[38]

951 149 40
                                    

Mereka bertiga sampai di rumah sakit hampir tengah malam. Young-Hoon, Ju-Yeon plus Jung-Woo.

Karena Ju-Yeon ga nyimpen mobil di rumahnya jadi harus dianter Jung-Woo. Besok juga libur, Jung-Woo sekalian nengok Shin-Bi. Young-Hoon bilang Shin-Bi lagi kesel disamperin sama San.

"Hyun-Jae belum sadar, tapi karena kondisi organ vitalnya agak membaik jadi dibolehin pindah ruang rawat biasa." Begitu kata Jeong-Han waktu nyambut mereka bertiga.

Jung-Woo lebih milih diem di sofa sama Jeong-Han. Young-Hoon berdiri di samping Ju-Yeon yang duduk di sebelah bed.

"Kemarin napasnya sempet melemah, ga terdeteksi sebentar. Sempet kejang sekali juga." Jeong-Han ngusap wajahnya, keliatan belum tidur, mungkin dari kemarin malem.

"Pucet banget lo, Jae." Young-Hoon ngusap kepala Hyun-Jae. "Kasian sama Ju-Yeon yang nangis terus ini."

Ju-Yeon diem aja. Tangannya masih genggam tangan Hyun-Jae yang cukup dingin.

Young-Hoon nyamperin Jung-Woo dan Jeong-Han, ngasih kode ke Jung-Woo untuk pamit. "Gue sama Jung-Woo ga nginep ya, Kak. Udah janji sama Chang-Min mau pulang. Jung-Woo juga harus nemenin Shin-Bi."

Jeong-Han senyum kecil. "Iya, makasih ya Young-Hoon. Maaf kemarin gue ga bilang lo waktu mindahin Hyun-Jae, emang dadakan juga."

Satu anggukan dari Young-Hoon sebagai jawaban. Terakhir, dia nengok lagi ke Ju-Yeon. "Ju, gue pulang."

"Makasih, Hoon," jawab Ju-Yeon, coba senyum sebagai bentuk terima kasih ke Young-Hoon juga Jung-Woo.

Tinggal Jeong-Han sama Ju-Yeon di sini. Jeong-Han cuma bisa liatin Ju-Yeon yang masih betah genggam tangan Hyun-Jae.

"Joshua nyaranin supaya Jae-Hyun dirawat terus sampai bener-bener membaik, Ju. Kemarinan kan tiap dia balik seger langsung keluar.

"Kankernya harus terus dimonitor."

Ju-Yeon pejamin matanya. Tangan Hyun-Jae dia tempelin ke keningnya, masih sembari digenggam. "Iya, Kak. Apa pun sampai Hyun-Jae sembuh. Lakuin aja."

"Kerjaan lo gimana? Bukannya lagi hectic ya akhir-akhir ini?"

Satu anggukan dari Ju-Yeon bisa Jeong-Han liat. "Iya. Tapi gue bisa kerja dari sini.

"Dan kayaknya gue mau mundur aja Kak dari proyek ini. Gue ga mau ninggalin Hyun-Jae ...."

Jeong-Han diem sebentar. "Lo yakin, Ju? Emang bos lo akan ngebolehin?"

"Gue belum tau. Mungkin Senin gue bakal ke kantor pusat ketemu sama bos."

Ju-Yeon bisa ngerasain jemari Hyun-Jae gerak. Tapi ga lama setelah itu napas Hyun-Jae mulai ga teratur.

"Kak, Hyun-Jae kenapa ini??"

Jeong-Han deketin bed. Mukanya tenang-tenang aja seolah itu hal yang normal. "Pernapasannya mulai terganggu," kata Jeong-Han terus mencet tombol panggilan untuk perawat. "Awalnya juga gue panik, tapi kata Joshua kalau Jae-Hyun mulai kayak gini lagi tinggal panggil perawatnya aja."

Dada Hyun-Jae masih naik-turun ga teratur. Kayaknya Hyun-Jae susah banget untuk napas. Ju-Yeon ga tega liatnya.

Dua perawat dateng. Jeong-Han masih dengan tenang jelasin keadaan Hyun-Jae.

Salah satu perawat senyum ke Ju-Yeon dan bilang kalau mereka harus ngelakuin sesuatu ke alat bantu napasnya Hyun-Jae.

"Tenang ya, Ju. Jangan panik."

Jeong-Han ikut senyum ke Ju-Yeon, walaupun mukanya kentara banget lelah. Bayangin Jeong-Han yang nanggung rahasia ini sendirian. Padahal Ye-Rin ada di New-York, tapi Jeong-Han masih hormatin permintaan Hyun-Jae untuk ga bilang siapa-siapa.

Life Is Not Only Yours (Book 2) || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang