Tak Berdaya

45.7K 3K 107
                                    

Hai hai hai..
Belum 1K sih votenya tapi tetep update deh...

Yaudahlah.. Cuss cap cusss... Langsung eksekusi.
Koreksi typo yess

Happy reading all😍
Luvv

Sebulan berlalu, Secha dan Seto kini tinggal bersama kedua orang tua Seto.

Rumah joglo sederhana mereka nampak semakin ramai karena kehadiran Secha, Seto dan beberapa pengawal Seto yang kini seolah dianggap anak oleh ibu dan bapak Seto.

Jika dulu tugas mereka adalah menjaga pintu ruangan dimana Seto berada, mengawal Seto kemanapun Seto pergi, dan mengawasi Secha, kini 4 orang berbadan kekar berwajah seram, namun memiliki sifat yang sangat humoris itu justru sibuk di sawah, mengurus sapi dan kambing, memberi makan hingga menjual lele pada distributor.

Sedangkan Seto masih fokus dengan terapinya dan tentu saja Secha juga calon buah hati mereka, begitu pula Secha, ia pun sibuk merawat Seto dan juga calon bayi yang kini tumbuh di perutnya.

"Nduk..", panggil ibu Seto pada Secha yang sedang membuat susu untuk Seto.

"Nggih buk?", jawab Secha, membuat Ratih terkekeh, wanita senja itu selalu saja merasa sedikit aneh saat menantunya yang berwajah bule ini mampu berbicara bahasa jawa dengan demikian halusnya.

"Kenapa toh buk?", tanya Secha heran.

"Ora popo..." (nggak papa), jawab ratih. "Ibuk cuma mau bilang, besok Seto biar terapi sama bapak saja, biar kamu istirahat dirumah, ibuk liat dari kemarin kok kaya kamu pucet gitu, lak ra popo to awakmu?" (Nggak kenapa-kenapa kan kamu?)

"Ndak papa buk, Secha aja yang temenin mas Seto, kasian bapak buk, biar Secha saja, cucu ibuk ini kuat kok.", jawab Secha, sedikit berbohong.

Belakangan ini ia merasa fisiknya kian melemah, entah apa yang salah, namun Secha merasa tak sehat. Minggu depan jadwalnya kontrol kandungan ke RS, ia akan menanyakannya pada dokter besok.

"Yowis lah, tapi kalau ada apa-apa bilang loh..ojo sungkan.", pesab Ratih diangguki Secha.

"Ya uwis(udah) sana, ke kamar, istirahat."

"Nggih buk."

****

"Udah malem loh mas, dari tadi mas sibuk banget sama gadget..", tegur Secha melihat Seto yang nampak fokus pada ponsel pintar dan tab ditangannya.

Seto mendongak, lelaki itu tersenyum simpul, "mas kan tetep harus kerja sayang.. Memang ada Bagas yang gantiin mas, tapi bukan berarti mas lepas tanggung jawab gitu aja kan?",jelas lelaki itu sambil menarik Secha untuk duduk disampingnya.

"Gitu ya?", tanya Secha memastikan, Seto mengangguk yakin.

"Tapi kan udah malem, besok mas terapi loh.. Jangan begadang ah.."

"Dua puluh menit lagi, kamu tidur saja dulu."

Secha mengangguk, karena memang ia sangat lelah dan mengantuk. "Susunya jangan lupa diminum ya sayangku..", ujar Secha sambil membungkus tubuhnya denga  selimut tebal dan mulai mengarungi alam mimpi.

"Iya, thank you love.."

Cuppp

Seto mencium kening Secha, "good night bunda.", Secha hanya menggumam tak jelas.

Perkembanngan kaki Seto yang cedera saat kecelakaan beberapa bulan lalu, kini nampak menunjukan banyak kemajuan, lelaki itu kini bisa berjalan dngan bantuan dua tongkat, meski itu membuatnya lelah, namun Seto pantang mengeluh.

Ia tak akan pernah mengeluh, karena Secha pun demikian, wanita yang berstatus istrinya itu sama sekali tak pernah mengeluh ini itu. istrinya itu begitu kuat dan penyabar, membuat Seto semakin merasa beruntung karena mendapatkan istri seperti Secha.

****

"Mash...", ringis Secha dalam tidurnya, ia meremas perutnya yang terasa begitu ngilu.

Secha semakin tak kuat, keringat mulai membanjiri tubuhnya, air matanya kian tak tertahankan.

Mata Seto yang masih terasa berat terpaksa terbuka saat merasakan tangan istrinya yang meremas kuat tangannya,"Sayang.."

"Sakit...", tangis Secha pecah.

Rasa kantuk Seto entah menguar kemana, lelaki itu panik bukan main.

"Ibukk!!! Bapakk!!! Tolong!!", teriak Seto menggelegar, tak peduli lagi bahwa ini adalah tengah malam.

Seto panik bukan main, namun ia tak bisa berbuat banyak, berjalan pun ia kesusahan, lelaki itu berusaha menengangkan istrinya dan sang calon buah hati dengan mengusap perut Secha yang mulai membuncit.

"Ada apa to le kok teriak-teriak?", tanya Ratna dan Joko saat tiba di kamar Seto.

"Astaghfirullah!! ANDRE! DAUS!! SIAPKAN MOBIL CEPAT!", teriak Joko sambil berlari keluar kamar Seto.

Sementara Ratna memapah Secha keluar dari kamar.

"kamu tunggu disini dulu ya le.", ucap Ratna sambil berlalu keluar meninggalkan Seto dikamarnya.

Seto meraih kedua kruk nya, meski masih terasa kaku, karena biasanya ia akan memijat sedikit kakinya terlebih dulu sebelum berjalan dengan kruknya.

'Bruk!'

Seto mengerang saat tubuhnya oleng hingga ia terjatuh.

Lelaki itu marah, marah pada dirinya sendiri. Marah mengapa ia begitu lemah! Tak berguna! Bahkan ketika istrinya kesakita  ia tak bisa berbuat apa-apa!

"Arghhh!!!", teriaknya frustasi saat meraskan kakinya begitu ngilu dan kebas dalam waktu bersamaan.

"Ya Allah pak!", Pekik David, salah seorang pengawal Seto yang diperintahkan Ratna untuk membantu Seto.

Dengan gesit, lelaki berbadan kekar itu menuntun Seto dan membawa bosnya itu kerumah sakit.

CUTTT😛😜

(un)Loved Wife [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang