5. A Real Family

5.2K 515 42
                                    

"Kau belum pulang Sarada?"

Sarada yang tengah duduk sendiri dan bermain ayunan menoleh. Menatap kepala sekolahnya yang berdiri di sebelahnya kemudian mendorong pelan ayunan Sarada.

"Aku menunggu Papa, sensei."

"Ah iya, biasanya Mama yang menjemputmu."

"Mama sedang menjaga nenek." Sarada tertawa kecil. "Oh iya sensei," Sarada turun dari ayunannya dan mengeluarkan buku gambar di tasnya. Dia mengambil selembar kertas itu dan memberikannya pada Kakashi. "Aku sudah janji akan membuatkan ini untuk sensei."

Senyuman Kakashi melebar. Ia berjongkok dan meraih kertas gambar dari Sarada. Lelaki itu menatapnya hasil gambar itu lama, kemudian kembali menatap gadis kecil di depannya. "Ini sangat bagus, terima kasih ya."

Senyum Sarada ikut melebar. Senang rasanya jika kepala sekolah itu selalu mengapresiasi hasil karyanya. "Sama-sama sensei."

"Sarada."

Sarada menoleh ke arah Ayahnya yang baru tiba dan berjalan mendekatinya.

"Sarada pulang duluan ya sensei, dah!" Sarada melambaikan tangannya pada Kakashi kemudian beralih menggenggam tangan Ayahnya.

"Ya hati-hati." Ucapnya singkat sembari menatap kepergian sepasang ayah dan anak itu menuju mobil yang kemudian bergabung dengan mobil-mobil lain di jalanan.

Mata Kakashi beralih pada gambar yang dibuat Sarada. Hasil gambarnya terbilang bagus untuk anak yang seumuran dengannya. Hanya gambar sederhana, yaitu gambar keluarga kecil Sarada dan juga dirinya. Tak lupa juga sosok lelaki berambut gelap yang digambar bersebelahan dengan Sarada dan Sakura. Membuat Kakashi hanya tersenyum samar.

Lelaki bersurai perak itu merogoh saku celananya dan mendapati kotak cincin yang masih utuh. Dia sempat memberikan ini pada Sakura beberapa minggu lalu dan pada akhirnya ia mendapat penolakan. Terlalu lama meyakinkan diri untuk meminang sang pujaan hati ternyata berakhir buruk.

Jika saja dia lebih cepat bergerak dan mempersunting Sakura lebih awal, mungkin keluarga kecil itu menjadi keluarga kecil miliknya saat ini.

Sayang, dia harus kalah dari lelaki yang memang menjadi bayang-bayang Sakura sejak dulu.

Uchiha Sasuke itu tepat waktu. Beruntung sekali.

***

"Mama..."

Sakura yang baru saja selesai mengunci ruangan kerjanya berbalik dan segera memeluk Sarada yang sedang berlari ke arahnya. Dia mengelus surai hitamnya dan menemukan sebuah jepitan cantik di poninya. "Ini bagus sekali."

Senyuman gadis kecil itu merekah dan dia mengangguk. "Aku membelinya dengan Papa, Ma."

"Hm," Sakura mendongak ke arah Sasuke yang sudah berdiri di depannya dan ia mendapatkan senyuman singkat dari lelaki itu. "Sudah bilang terima kasih?" Tanyanya lagi pada Sarada.

Gadis kecilnya itu mengangguk. "Sudah kan Pa?"

Sasuke menjawab dengan gumaman sembari mengacak rambut putrinya.

"Ah, rambutku nanti berantakan Pa!" Omelnya sambil kembali menyapukan poni ke sisi kanan.

"Sarada, ayo!"

Sarada berbalik dan pamit pada orangtuanya kemudian berlarian menyusul Shizuka menuju lift.

Melihat putrinya yang tampak lebih bahagia dari hari ke hari membuat Sakura merasa tenang. Kehadiran sosok Sasuke dalam hidup Sarada benar-benar membawa pengaruh besar. Dia bersyukur, jika ternyata suaminya adalah lelaki yang sangat menyayangi keluarganya sekalipun mereka tidak bertemu selama bertahun-tahun.

Lost A Part Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang