Why am I . . . ?
Naruto bersandar di pintu kamarnya. Hari ini ia pulang lebih cepat, dengan tubuh yang basah kuyup. Ia meninggalkan Nii-sannya di sekolah tanpa memberi pesan. Ia tersenyum tipis 'Sasu-Nii pasti mencariku'pikirnya mengingat betapa protektifnya kakaknya yang satu itu. Dengan tubuh yang sedikit menggigil, Naruto beranjak menuju ranjangnya. Meraih sebuah foto yang berada di atas meja nakas samping ranjang queen sizenya. Foto berisi gambar 'keluarga'nya. Lebih tepatnya keluarga Uchiha.
Ya. Naruto merupakan bungsu Uchiha do keluarga Uchiha yang terdiri dari Uchiha Madara sang tetua Uchiha, alias kakeknya. Uchiha Fugaku kepala keluarga alias ayahnya. Uchiha Mikoto mantan model yang masih terlihat cantik diusianya yang tidak muda lagi selaku ibunya. Dan kedua kakaknya yang super tampan dan mempesona , Uchiha Itachi sang ceo di Uchiha enterprise menggantikan sang ayah, dan Uchiha Sasuke yang masih bersekolah 2 tahun di atasnya, maksudnya berada di tingkat akhir senior high school. Sementara Uchiha Naruto, baru menginjakkan kakinya di dunia High School. Dia selama ini menjalani home schooling. Dan dengan segala rayuan mautnya, ia membujuk sang Ayah untuk masuk ke sekolah biasa, karena ia juga ingin merasakannya.
Naruto mengelus foto itu perlahan. Di dalam foto keluarga itu, ia paling mencolok, dengan rambut pirang kekuningannya dan mata biru bulatnya. Yang terlihat sangat berbeda dengan Uchiha pada umumnya yang berambut hitam kelam dan bermata onyx. Naruto tau. Ia bukanlah anak kecil yang tidak menyadari itu. Tidak perlu ia diberitau untuk mengerti tentang hal itu. Karena ia tau, ia memanglah bukan anak kandung Fugaku dan Mikoto. Dia bukanlah Uchiha. Orang-orang di sekolahnya tidak perlu memperjelasnya. Karena ia sudah cukup untuk menyadari itu. Tapi... biarlah dia membahagiakan dirinya seperti ini. Cukup ia menutupi fakta dia bukan Uchiha. Biarkan ia merasakan sedikit lagi rasa hangat berada didalam sebuah 'keluarga'. Karena ia tidak yakin... ia masih memiliki orang tua di dunia ini. Jadi, biarkan ia egois sebentar untuk tetap mendapatkan perasaan itu, perasaan di kasihi dan disayangi.
.
.
.
>Sasuke PoV<'Ck. Kemana si dobe'Decakku sembari terus melakukan panggilan pada handphone Naruto -adikku.
Setelah mendengar bel tanda selesainya sekolah, aku segera membereskan barang-barangku dan beranjak menuju kelas Naruto. Tapi apa? Yang kudengar dari teman kelasnya, Naruto izin dari jam istirahat tadi. Dan tentu itu membuatku cukup terkejut karena Naruto tidak meninggalkan pesan apapun.
'Apa penyakitnya kambuh? Atau... dia ...'
Sebelum pikiranku melalang buana, aku merasakan tarikan ditanganku.
"Sasuke-kun! Kenapa kau meninggalkanku dikelas sendiri, huh!?"ucap suara cempreng itu. Aku berdecak malas saat ia menggesek-gesekkan tanganku di dadanya yang kecil itu. Tergoda? Najis. Butt Naruto masih lebih berisi, montok dan seksi, dari pada papan penggilasan ini.
"Sasuke-kun!"teriaknya kesal karena tidak kutanggapi dari tadi.
"Berisik."Aku menyentakkan tanganku dan beranjak meninggalkannya. Bodo amat kasar sama wanita. Salah dia jadi wanita gatal. Telingaku masih mendengar samar-samar umpatan kesal wanita rambut permen karet tadi. Tidak peduli, yang penting sekarang pulang dari cari Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why am I . . . ?
FanfictionNaruto selalu bertanya pada dirinya. Ia hidup normal, ia tersenyum ketika bahagia, ia menangis ketika ia sedih, dan hal normal apapun. Tapi kenapa? Disaat ia ingin menjadi benar-benar hidup 'normal'. Orang-orang menganggap salah tentang hidupnya . W...