Mungkin agak OOC, hahahaha :p
Kit menendang batu-batu kerikil yang ada di depannya seraya dia berjalan ke arah pintu utama kampus tercintanya. Bibirnya mengerucut menggemaskan karna sibuk memaki teman-teman baiknya yang begitu tega meninggalkan dia sendirian usai acara Medical Fair.
Phana sibuk dengan urusan Campus Moonnya, sedangkan Beam sibuk meladeni pertengkaran penuh cinta dengan Forth.
"Hhhh, nasib jomblo," ujar Kit nelangsa dengan masih memanyunkan bibirnya.
"Mau punya pacaaaaarrrrrr~" keluhnya lagi.
"Permisi, dek," suara seseorang membuat Kit terdiam seketika.
"Mampus gue, jangan-jangan nih orang denger gue ngeluh?" gumamnya pada diri sendiri.
"Dek?" panggil orang asing itu lagi berusaha mendapatkan perhatian cowok bertubuh kecil yang menggunakan kaos cream dan celana jeans yang berada di depannya.
"Gemesin banget nih bocah," gumam pria asing itu.
"I-iya?" Kit membalikkan badannya setelah panggilan yang ke sekian kali. Ada semburat merah di pipinya. Entah karna malu atau karna panas terik yang melanda Bangkok saat itu.
"Kelas Internasional di mana ya?" tanya pria asing bertubuh tinggi besar dengan kulit kecoklatan, wajah yang sangat tampan dan senyum yang sangat memikat.
"Ganteeeng," ujar Kit tanpa sadar.
"Eh?" si pria asing kaget mendengar ucapan Kit yang begitu tiba-tiba. Memang sih dia sudah sering mendapat pujian seperti itu, tapi karna sekarang yang memuji adalah cowok mungil menggemaskan, ya kaget juga.
"Eh?" Kit tersadar bahwa dia telah mengucapkan apa yg dia pikirkan. "Aduh maaf, bu-bukan begitu maksudnya," ujar Kit panik berusaha menjelaskan apa yang telah dia katakan. Semburat merah di pipinya semakin meluas hingga ke leher.
Si pria asing tersenyum melihat perubahan warna kulit cowok mungil di depannya. Dia merasa tersanjung bisa membuat seseorang semanis dan selucu ini terbata-bata menjelaskan suatu hal padanya.
'Hmm manis juga, gue gebet aja apa ya? Eh tapi kayaknya dia masih SMP deh, nanti gue dikira Pedophile,' pikir si pria asing.
"Mas? Mas?? Halloooo..." panggil Kit seraya melambaikan tangannya di depan wajah si pria asing karna si pria terlihat tidak menyimak ucapannya.
"Ck." Kit mencebik kesal ketika dia yakin bahwa pria tampan yang dia ajak bicara benar-benar tidak mendengarkannya.
"Eh iya? Kenapa?" tanya si pria tampan yang menjadi rebutan.
Dengan malas, Kit kembali menanyakan hal yang sama, "Masnya mau ke mana emang?" tanyanya dengan sedikit jutek. "Heran, diajak ngomong bukannya dengerin malah ngelamun sendiri," lanjutnya.
"Mingkwan," ujar si pria misterius.
"Hah?"
"Namaku Mingkwan, adik manis," jelasnya. "Boleh panggil Mingkwan, Ming, sayang juga boleh," lanjutnya dengan nada menggoda, membuat Kit kembali memerah.
"M-mas Mingkwan?" tanya Kit terbata.
"Hmm..." Mingkwan terlihat berfikir. "Khusus kamu, panggil Mas Sayang aja deh," bisik Mingkwan persis di depan telinga Kit, membuat bulu roma Kit bangun.
"I-ih apaan sih," ujar Kit sambil mendorong dada Mingkwan cukup kuat agar menjauh darinya.
"Kamu gemesin deh kalo lagi malu-malu begini," ujar Mingkwan.
"Ih.. nggak jelas deh masnya," ujar Kit kemudian berlari pergi.
Namun sayang, karna kaki Mingkwan yang lebih panjang darinya, Kit akhirnya tertangkap oleh Mingkwan, dan kini dia berada di antara Mingkwan dan dinding mading fakultas Kedokteran.
"M-mas ngapain sih?" tanya Kit mulai takut.
"Eh, nggak usah takut, aku orang baik kok."
"Kalo orang baik, kenapa malah mojokin aku kayak gini?"
"Abisan kamu gemesin sih, jadi nggak tahan kan."
"Ng-nggak tahan ngapain???" tanya Kit yang langsung menaruh kedua tangannya di dada, berusaha menutupi tubuhnya.
Perbuatannya itu jelas membuat Mingkwan tertawa gemas.
"Tuh kan ngegemesin banget," ujarnya sambil mengacak-acak rambut Kit, membuat Kit kembali memerah.
Duh, padahal yang diacak-acak rambut, tapi kenapa hatinya Kit juga jadi berantakan karna mas-mas di depannya. Kit pusing.
"Mas mau ngapain sih???" tanya Kit kini mencoba galak dan berani.
"Hehehe, cuma mau nanya sebenernya," Mingkwan menjawab dan mulai memberi jarak di antara mereka karna dia mengerti bahwa cowok mungil di depannya sudah mulai kesal.
"Nanya apaan?"
Tuh kan, mulai kelihatan macannya.
"Nama kamu siapa?"
"Hah? Ngapain nanya-nanya nama aku? Mas mau melet ya????"
"Ahahahaha nggak usah dipelet juga Mas yakin kamu udah terpikat sama Mas," ujar Mingkwan seraya menyunggingkan senyum mautnya.
"I-iya sih," aku Kit.
"Ya udah, mau kasih tau nama kamu nggak nih?"
"Nggak mau. Nanti aku diculik lagi sama Masnya."
"Hmm ide yang bagus..."
"Eh? Beneran mau nyulik??"
"Iya." jawaban Mingkwan sontak membuat Kit panik. "Nyulik kamu buat dibawa ke pelaminan," lanjut Mingkwan, lagi-lagi semburat merah terlihat di pipi Kit.
"Eh tapi kamu masih SMP kan ya? Duh, harus nunggu beberapa tahun lagi dong sampe kamu masuk kuliah," gumam Mingkwan.
"Aaaaau!!" Mingkwan mengaduh karna kakinya diinjak kuat-kuat oleh Kit.
"Kok aku diinjek sih?"
"Sukurin! Lagian enak aja bilang aku anak SMP! Aku tuh mahasiswa kedokteran tingkat 1!!" ujar Kit kesal setengah mati, lalu didorongnya kuat-kuat Mingkwan dan segera berlari menjauhi Mingkwan.
"Eh, nama kamu siapa????" Mingkwan berteriak.
"KIT!!" jawab Kit dengan tetap berlari menjauh dari Mingkwan.
Kok jadi begini ya?
Hmmm apa perlu ada lanjutannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Collection
Fiksi PenggemarPria aneh dan tidak jelas datangnya dari mana menghampiri Beam yang tengah terpuruk, membuatnya kembali tertawa Kumpulan cerita pendek berbahasa Indonesia dengan menggunakan karakter milik Chiffon_Cake