Kinara dan Bulan

156 27 0
                                    

"... Bulan, aku mengibaratkan kita sebagai rel kereta. Kita selalu berdampingan, kita selalu searah, kita selalu berdua. Tapi kita tidak akan pernah bisa bersatu, karena itu akan melukai banyak orang..."

Hai! Perkenalkan namaku Kinara Fierzensha, dan dia sahabatku Kinan Bulan Prahmadi. Sebenarnya ia dipanggil Kinan, namun entah mengapa aku lebih suka memanggil dia Bulan sebab aku rasa nama Bulan lebih cocok untuknya. Kami bersahabat sedari SMP. Dimulai ketika guru kami mendudukkan kami berdua, sehingga kami bisa menjadi teman yang dekat dan akrab, bahkan tak sedikit orang yang bilang kami itu adalah sepasang kekasih. Kebetulan juga, rumah kami bertetangga jadi kami dapat pergi dan pulang sekolah bersama kecuali jika kami memiliki halangan, sakit misalnya. Kebetulan yang kedua, ayah kami sama-sama pengusaha yang saling bekerja sama. Hal ini membuat kami semakin dekat dan semakin akrab saja.

Sebenarnya aku telah tahu bahwa Bulan tengah mencintai seorang gadis. Namanya Beningnya Embun, atau akrab disapa Embun. Hal ini ketahui sejak duduk dibangku kelas 8. Sebenarnya aku biasa saja menanggapinya. Bahkan aku termasuk orang yang sangat mendukung bila Embun dan Bulan jadian. Lumayan bisa dapat pajak jadian. Wkwkwk....

Namun, entah sejak kapan, ada iri yang muncul dalam diriku terhadap Embun. Ada juga rasa takut kehilangan yang mendalam terhadap Bulan. Tapi aku sebisa mungkin melawan itu sebab aku tahu kita tak akan pernah bisa bersama.

1 tahun setelah melakukan kerjasama dengan pak Adi, ayah Bulan, ayah mendapati rekan kerjanya yang berkorupsi dan mengambil banyak uang perusahaan. Orang itu merupakan hasil rekomendasi dari Pak Adi sehingga ayah sangat marah besar kepada pak Adi, sebab ayah menduga bahwa pak Adi-lah dalang dari kejadian ini. Pak Adi yang tak terima dituduh oleh ayah pun besikeras bahwa ini bukanlah kesalahannya. Hal ini berdampak pada pertemananku danBulan. Ayah bahkan sampai melarangku pergi dengan Bulan bahkan mengancam jika aku masih tetap bersama Bulan, ayah akan memindahkanku dari sekolah ini. Bulan pun diancam agar tidak lagi main-main denganku. Hal ini membuatku sedih dan kecewa terhadap ayah-ayah kami. Mengapa jika mereka memilki suatu masalah, harus melibatkan kami didalamnya? Apakah mereka juga ingin kami bermusuhan hanya demi keegoisan mereka belaka.

Seminggu setelah kejadian itu aku dan Bulan jarang bertemu. Dan ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa Bulan akan dijodohkan dengan salah satu anak donator terbesar sekolah ini. Namanya Bianca. Hal itu membuatku sedikit kecewa terhadap Bulan, Pak Adi dan ayahku. Untung saja kakakku Kristan selalu dapat menjadi pendengar terbaikku. Ia selalu bersedia menjadi tempat curhat dan juga penghibur baik untukku. Disaat seperti inilah aku merasa beruntung memiliki Kristan sebagai kakakku.

Acara pertunangan Bulan dan Bianca akan segera dimulai. Aku hanya bisa melihat kejadian itu melalui live streaming salah satu akun pembicara sekolah, sebab dua bintang sekolah akan segera bersatu. Ada rasa kesal, sedih, kecewa bahkan marah. Namun aku tahu bahwa rasa takut kehilangan Bulan adalah rasa yang paling besar saat ini. Aku hanya bisa berdoa semoga Bulan tetap bisa menjadi sahabat sejatiku seperti apa yang telah kita janjikan bersama diawal. Oh Tuhan, rasanya mati rasa hati ini.

Wajah Bulan terlihat begitu merekah, terlebih-lebih wajah Bianca. Senyumnya benar-benar sumringah. Ayah tau tentang patah hatiku namun ayah tak berani banyak berkomentar. Aku tak benci pada ayah, sebab aku tahu ini adalah sebuah kejadian yang bisa membesarkanku. Membuatku menjadi lebih tangguh dan tak lagi cengeng. Ibu sudah menjelaskan semua padaku. Saat itu, ayah sedang tersulut emosi. Begitu juga Pak Adi. Tidak ada yang salah. Hal ini semata-mata hanya untuk kepentingan keluarga kami. Jumlah uang itu cukup besar. Uang itu dapat menghidupi ku, kak Kristan dan juga ibu selama setahun, sudah termasuk uang sekolah, uang makan dan uang-uang kebutuhan lainnya. Bahkan ayah sempat jatuh sakit karena hal itu. Namun aku bodoh membiarkan ayah menanggung ini sendirian. Bodohnya aku malah menyalahkan ayah dalam kejadian ini. Sungguh, aku merasa telah menjadi durhaka sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SENJA DI REL KERETAWhere stories live. Discover now