2

837 58 22
                                    

Bryan dan ersya kini tengah menikmati makan siang mereka di apartment milik bryan. Ya.. hanya di apartment mereka bisa berkencan dan melakukan apapun yang mereka ingin lakukan.

Selama mereka berpacaran ersya memang tidak pernah mau jika di ajak keluar walaupun hanya sekedar makan. Kecuali di tempat-tempat tertutup yang ersya rasa aman untuk mereka kunjungi.

Bryan terkadang heran, setiap dia bertanya mengenai alasannya, ersya tidak pernah mau mengatakannya, hanya jawaban belum waktunya yang bryan terima dari ersya.

Walaupun begitu bryan sama sekali tidak pernah meragukan cinta ersya. Bahkan wanita itu telah memberikan apa yang paling berharga dalam dirinya kepada bryan. Apa yang harus bryan ragu kan lagi jika itu sudah dia dapatkan.

Dia tau jika ersya sangat mencintainya, mungkin wanitanya itu butuh waktu dan kesiapan untuk menceritakan alasannya menyembunyikan hubungan mereka ini.

"Huuh kenyang" bryan mengelus perutnya dan bersandar pada tepian sofa.

"Brantakan banget ih makannya" ujar ersya mengambil tisu dan mengelap ujung bibir bryan yang terkena saus tomat.

"Lap nya jangan pake tisu" ujar bryan cengengesan

"Terus pake apa lagi?" Tanya ersya

"Pake ini" tunjuk bryan tertuju pada bibir ersya, mata ersya seketika membulat, dia langsung memukul dada bryan dengan cepat.

"Aww sakiit" bryan langsung memegang dadanya sedikit mengelus, ersya hanya memperhatikan tingkah kekasihnya ini.. dia tau bryan hanya berpura-pura karna dia memukul bryan tidak begitu keras.

"Aku kangeeen" bryan seketika berubah menjadi manja, ersya sudah tau kemana arahnya dan akan berakhir dimana.

Bryan kini meletakan tangannya pada pinggang ersya. Meminta ersya bergeser mendekat.

"Bryan, jangan aneh-aneh ya.. aku lagi nggak mau nginep disini" ucap ersya.

"Tapi aku lagi pengen nginep disini sama kamu" ujar bryan, dan kini leher ersya sudah menjadi bulan-bulanan bibir bryan.

"Nghh" ersya melenguh dan mendorong kepala bryan menjauh.. "nggak mau.." ersya sedang tidak mood untuk melakukan itu dengan kekasihnya.

"Hmm" bryan yang ditolakpun tidak kehabisan akal. "Iya deh, setidaknya kiss me please, baby?" Rengeknya

"Ck.. bener-bener ya" kini kedua tangan ersya mengusap pipi bryan lembut dan menyatukan bibir mereka lalu melumat bibir pria itu sebentar. Ersya memundurkan wajahnya setelah itu, namun dengan cepat bryan meraih tengkuknya dan melanjutkan kembali ciuman tersebut.

Bryan tersenyum ditengah-tengah ciuman mereka, dia menahan kepala ersya untuk tidak bergerak dengan sengaja menjahili kekasihnya itu, ersya kehabisan oksigennya, hingga akhirnya mendorong bryan dengan kasar.

"Hmmph Kamu mau aku mati?" Celetuk gadis itu disambut kekehan dari bryan.

"Habisnya bibirnya itu imut banget.. pengen dicium terus" canda pria itu mengelus pipi ersya.

"Lama-lama aku bisa mati dicium sama kamu, dasar piranha" ujar ersya

"Apa? Piranha? Kamu ngejek aku?... awas ya kamu" dengan sigap bryan kini meraup kedua pipi ersya dan menghujam bibir wanita itu bertubi-tubi. Tangan ersya bergerak mencoba melepaskan tangan bryan dikedua pipinya.

"Muuahh, mmph, ampun nggak?" Ucap bryan cekikikan

"Iya.. hmmp bryan ampun" ujar ersya mengalah..

"Kirain nggak mau bilang ampun" ucap bryan

"Dasar bayi gede.. udah ahh aku mau beresin ini dulu, habis itu pulang" ujar ersya mengangkat piring dan gelas sisa mereka makan tadi lalu mencucinya..

PAINKILLERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang