Your Smile

35 6 0
                                    

Sudah lama aku telah menuai cerita bersama dia, telah lama aku berjuang untuk menyamakan langkahku dengannya. Sungguh, ini sangat menyenangkan bisa selalu dekat dengannya setiap waktu. Waktu yang kulalui bersamanya bisa dibilang tidak sebentar, juga tidak lama, namun ini semua terasa menyenangkan jika bersamanya. Itulah yang kupikirkan tentang dia yang dekat denganku ini, namun semua itu berubah sejak hari itu.

"Hei Yuna!" teriakku menyapanya, 

"Wah ini nih Si Biang kerok datang" jawabnya riang sambil menatap hangat mataku tanpa senyum. Ya, dialah Yuna teman dekatku. Dia hampir tidak bisa tersenyum manis meskipun sebenarnya dirinya itu cantik, bahkan dia sendiri tidak menyadari hal itu. Ya, aku paham pendapat kalian tentangnya, aneh bukan? Namun, itulah dia Yuna temanku.

"Hehe tidakkah kau lihat siapa disebelahku?" tanyaku sedikit menyindir, 

"A-Ah! Hai Char," katanya sambil menahan malu, 

"Hai Yuna, pagi, baru kali ini aku lihat kamu berangkat sekolah, mau bareng sama kita?" Kata Charlie. Nah, ini Charlie, dia temenku yang ya bisa dibilang dia favorit para gadis di SMA ku sih, sial iri sekali aku. Oh iya, Si Yuna suka loh sama Charlie.

"E-Eh?! I-Iya tentu," jawab Yuna gugup sekali. Gila, sebenarnya nih ya, muka Yuna pas lagi malu-malu gini tuh imut parah, tapi tetep saja, tidak ada sedikit pun senyum keluar dari wajahnya yang lugu itu dan tersipu itu.

"Bagus! Ayo jalan woi, ketawa mulu kamu Erwin," kata Charlie semangat sekali. Setelah mendengar ini, aku berhenti tertawa dan menggandeng tangan Charlie dan menepuk pundak Yuna untuk mengajak mereka berjalan bersama ke sekolah. 

Tapi, ntah kenapa Si Yuna tetap terdiam di belakang sampai aku dan Charlie melewatinya beberapa langkah. Penasaran, aku pun menengoknya dan melambai kepadanya.

Dengan tangan yang menggenggam erat dadanya, seakan menahan sesuatu, dia melihat kearahku dengan senyum kecil yang tulus terlukis di wajahnya, tanpa suara dan sambil tetap menunjukkan senyumnya dia berkata, 

Dengan tangan yang menggenggam erat dadanya, seakan menahan sesuatu, dia melihat kearahku dengan senyum kecil yang tulus terlukis di wajahnya, tanpa suara dan sambil tetap menunjukkan senyumnya dia berkata, 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Thank you ya, hehe."

Aku pun terdiam, terpaku melihat senyum ketulusan nan indah yang terpapar sinar mentari pagi yang menambah kesan hangat di senyumnya itu. Akupun tersenyum lega, tapi entah kenapa, sakit sekali.

"Bodoh, harusnya kamu tersenyum seperti itu kepada dia, bukan kepadaku"

Terlambat untuk MengetahuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang