01

4.2K 291 82
                                    

Ten.

Nama itu, Johnny menyukainya.

Ten.

Johnny mencintainya.

Semuanya, tentang Ten, Johnny suka.

Ten, pria mungil yang telah mengisi hari-hari monotonnya. Selama dua tahun belakngan, maybe. Ten dengan pembawaan yang ceria, sangat ceria, mampu membuat Johnny merasa berjuta juta kali lebih nyaman. Senyuman Ten seperti matahari, that was Johnny opinion, walaupun errr—not bad, kadang sedikit menyeramkan.

Johnny's favorite. Sangat menggambarkan Ten. Lagi, semuanya, tentang Ten, Johnny suka. Sosok kecil itu merubah hampir tiga per empat persen hidup Johnny. Johnny menyukai takdir hidupnya seperti ini, sangat amat beruntung, okay ini semua karena Ten. Katakan Johnny gila, ingat, karena Ten.

"Kau siapa?"

"I'm Ten, Johnny's favorite."

Motto hidup Johnny yang awalnya money, dominion, position, berubah menjadi Ten, Ten, dan Ten. Terlalu mengabdi pada Ten, no, bukan mengabdi, terlalu mencintai Ten, pria kecil dengan wajah medekati sempurna, sifat ceria dan hangat, mulut yang 24 jam tidak akan berhenti berbicara, kecuali tidur, dan pikiran—liarnya. That's the main point.

Pertemuan awal mereka sangat biasa, tidak seperti adegan di dalam drama. Mereka hanya bertemu sebagai teman satu kantor. Ten sebagai pegawai biasa, sedangkan Johnny wakil direktur kantor yang notabennya memiliki kedudukan tinggi. Mereka tidak terlalu akrab.

Ten memiliki kepercayaan diri dan ambisius yang tinggi, Johnny mengakui.

Saat itu bulan november, musim gugur, awal mereka memulai ini semua. Johnny dengan selembar kertas di atas kotak makan siangnya entah siapa yang mengirim. Raut wajahnya bingung membaca deretan abjad yang tersusun cukup rapi.

'Okay, mungkin ini penting.'

Temui aku pukul empat sore di halaman belakang kantor, Please.

Sesuai isi tulisan di dalam kertas. Pukul empat sore, di halaman belakang kantor Pria kecil sudah berdiri di tengah halaman, mungkin ia kedinginan karena menunggu sedikit lama dan faktor cuaca. Johnny menghampirinya, menatap bingung.
Tidak begitu akrab, but, ask to meet?

"Kau hm—Ten? Ada apa?"

"Okay kau datang,"

"Kau—iya kan, kau yang meminta, dengan kertas ini," Johnny menunjukan selembar kertas.

"Aku ingin berbicara,"

"Ya, silahkan,"

"Aku mencintaimu,"

"A—apa?"

Damn John, bodoh atau bagaimana? Seharusnya Ten yang tampak bodoh sekarang, but, kenapa Johnny?

"Aku mencintaimu, Johnny," bagus Ten, sangat santai, seperti tanpa beban.

"Ten? Bagaimana? Oh aku tidak mengerti,"

"Kau bodoh atau hanya berpura-pura?"

Oh shit, terlau tampak. Kebodohan yang sangat tidak masuk akal.

"Sekali lagi Ten, apa yang kau maksud?"

"Aku mencintaimu,"

Final.

"Begini, ehm—kenapa tiba-tiba?"

"Entahlah, aku ingin kau menjadi kekasihku,"

What the hell.

Day After Day |JohnTen|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang