Episode 25

392 55 4
                                    

Sehari sebelum Mubaek dan prajuritnya berangkat ke wilayah Ago, Tagon menemui Bakyangpung yang sedang dirawat. Ia menderita gangguan jiwa sejak melihat kematian tragis sahabatnya, Mugwang.

"Tanya yang menyebabkan kematian Mugwang. Tanya yang membunuh Mugwang. Nanti ketika kalian di Ago, jika Mubaek memutuskan untuk mengkhianatiku dan berpihak pada Tanya, berpura-puralah untuk ikut dengan mereka. Lalu ketika ada kesempatan, bunuh Tanya," bisik Tagon.

Bakyangpung terus bergumam, "Tanya membunuh Mugwang... Tanya membunuh Mugwang... bunuh... bunuh... bunuh..."

☆☆☆

Ketika pasukan Tanya sibuk membereskan para pengawal, termasuk Yangcha yang berada agak jauh dari Tanya, kuda Bakyangpung mulai mendekati Tanya. Dari jauh Yangcha melihat Bakyangpung mengangkat pedangnya, hendak menebas wanita yang dicintainya.

"TANYAAA!!!" Ia berteriak memanggil nama kekasihnya, namun yang terdengar hanya sebuah pekikan.

Namun untungnya Tanya mendengar pekikan itu dan menoleh, tepat ketika pedang Bakyangpung makin mendekati kepalanya.

PRAAAKKK!!!

Tanya sempat menangkis pedang Bakyangpung dengan busur yang digenggamnya, namun membuat keseimbangan tubuhnya goyah dan ia jatuh dari atas kuda. Punggungnya menghantam tanah dengan keras.

Bakyangpung turun dari kudanya dan mencoba untuk membunuh Tanya lagi. Ia mengangkat pedangnya. Tanya meraba anak panah yang berserakan di tanah.

Dapat!

Ia menarik busur dan panah meluncur mengenai lengan Bakyangpung. Tepat ketika itu, sambil melarikan kudanya, pedang di tangan Yangcha menebas kepala Bakyangpung hingga putus. Darahnya memuncrat ke mana-mana sampai mengenai wajah Tanya.

Tanya mengusap wajahnya, kemudian menerima uluran tangan Yangcha dan naik ke punggung kuda. Ia duduk di belakang Yangcha dan memeluk pinggang pria itu dengan erat.

Para pengawal berhasil dilumpuhkan dan pasukan Tanya menerobos masuk ke istana. Karika dan Saya beserta prajurit yang lain masih membereskan sisa-sisa pengawal. Tanya bersama Yangcha dan Mubaek memasuki ruang singgasana. Tagon telah menunggu dengan pedang terhunus.

Dua lawan satu, Mubaek dan Yangcha melawan Tagon. Jumlah yang tidak imbang, namun dengan kekuatan yang seimbang. Itu sebabnya semua orang takut pada Tagon, karena pria itu punya kekuatan yang tak biasa.

Pedang Tagon berhasil menusuk perut Mubaek. Ia tumbang. Tanya berlari menghampiri Mubaek dan menyobek bagian bawah roknya untuk menghentikan pendarahan di perut Mubaek.

Yangcha kewalahan menghadapi Tagon sendirian. Pedangnya putus dan ia terjatuh. Pedang Tagon hendak menebas kepalanya, namun segera ditahan oleh rantainya.

Melihat belahan jiwanya berada dalam bahaya, Tanya menarik busur panah dan melepaskannya menuju punggung Tagon. Sedikit meleset, mengenai bahunya, namun hal itu membuat cengkraman pedangnya melemah dan Yangcha berhasil mendorongnya. Dengan cepat ia melilitkan rantainya di leher Tagon.

Kekuatan Tagon memang luar biasa, ia menahan rantai dengan jemarinya agar lehernya tidak tercekik. Kakinya menendang ke atas mengenai kepala Yangcha, namun pria bermasker itu bertahan dan berjuang untuk mencekiknya.

Meraih pedang Mubaek, Tanya menghampiri dua pria yang sedang bergelut dengan rantai itu. Tanya menancapkan mata pedang ke dada Tagon, namun terhalang oleh baju zirah yang dikenakannya. Tanya menjerit sambil terus menekan pedang itu sekuat tenaga hingga akhirnya bisa menembus baju zirah dan menusuk jantung Tagon.

Mulut Tagon memuntahkan darah. Matanya melotot. Dan di sisa napas terakhirnya, kelebat bayangan Taealha memenuhi benaknya. Wanita yang selalu mendampinginya dalam suka maupun duka. Wanita yang selalu mendukungnya sejak dia belum menjadi apa-apa. Wanita setia yang di dalam hatinya hanya ada Tagon hingga akhir hayatnya.

[Idn-AC FF] Unspoken Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang