"Waaah tapi gila gak sih yang paling sadis dari semua penjaga ujian tuh kak Dion." Alex memberi tahu dengan semangat, seperti penyebar gosip kaleng-kaleng.
"Ho'oh aku aja diliatin sampek se intens itu waktu ngelamun." Gabriel ikut membagikan pengalaman.
Hari ini, hari terakhir uas semester pertama. Jadi selesai ujian, beberapa anak kelas Aruna berkumpul di kantin. Kantin teknik tentu saja, saran dan paksaan dari Naura. Dengan dalih, "alah kalian semua palingan ngejulid, di kantin fakultas teknik aja biar yang kalian julid in gak tiba-tiba muncul."
"Ujian tuh dikerjain, bukannya ngelamun kayak lo." Aruna menimpali.
Gabriel mendecih, "mentang-mentang, gebetan dibelain."
"Serah lo." Aruna malas berdebat.
"Tapi emang aku dengar dari anak kelas lain, yang ujiannya kena dijaga kak Dion emang sadis banget sih. Malah ada yang sampek diambil lembar jawabannya di tengah-tengah ujian." Tiur membagikan kisah yang ia dengar dari sana-sini.
Aruna mengelus dadanya, "yang penting bukan gue deh."
"Mas gebetan mana tega gituin kamu." Langsung sebuah sedotan bekas jus Aruna mendarat di kepala Alex.
"Anjir lah kepalaku, nanti kan mau kencan." Protes Alex sembari menyentuh rambutnya yang agak basah.
"Ya makanya itu gue bantuin, biar lo nanti keramas." Aruna beralasan.
"Asik banget bentar lagi liburan." Margaret tiba-tiba membuka topik baru.
"Gimana bisa liburan kalo nilai aja belum keluar?" Aruna mendesah pelan.
Icha menyahut, "emang beda sih ya pemikiran orang cerdas sama yang 'yaudah bodo amat udah lewat.'"
"Na kamu udah lupa ya sama prinsipmu setelah ujian?" Tanya Gabriel.
"Hah yang mana?" Tanya Aruna balik.
"Gila ni anak udah ketularan Naura." Gabriel geleng-geleng kepala tak percaya.
"Heh enak aja bawa-bawa aku." Sahut Naura judes.
"Lo jangan judes-judes, sapa tau orang yang lo taksir tiba-tiba lewat sini terus ngeliat lo judes terus ilfill." Naura memukul lengan Aruna, sampai Aruna mengaduh.
"DIJAGA YA MULUTNYA. Aduh kamu nakutin aku aja."
Semua terperangah dengan perkataan Naura.
"Satu kelas dia judesin, sama orang yang dia taksir langsung khawatir dia diilfiil in." Bisik Alex ke Aruna.
"Bibit bucin dude." Lalu mereka berdua terkikik sendiri.
"Na, kamu rencana pulang kapan?" Tanya Gabriel.
"Emmm lusa. Udah beli gue tiketnya." Jawab Aruna senang.
"Ciyeee akhirnya pulang." Icha menyoraki.
"Nah gitu dong pulang, keburu orang tuamu lupa siapa anaknya." Tidak usah diberi tahu, itu pasti Naura.
"Nau mulut lo." Peringat Aruna.
"Suka bener." Sambung Alex yang mengundang tawa.
"Mau dianter?" Tawar Gabriel.
"Wih seriusan?" Mata Aruna berbinar senang.
"Waw waw waw ada apa nih ketua kelas sama Aruna? Aku mencium bau-bau ada yang cinlok." Alex memulai julidnya.
"Ada gojek sama grab lho padahal." Naura mengingatkan.
"Ya biar irit kenapa sih kalian tuh iri banget." Aruna bersikukuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kampus
Novela JuvenilJadi anak kos, maba, adaptasi, homesick, jatuh cinta, sakit hati, individual, persaingan itu semua dirasakan Aruna saat resmi menjadi mahasiswa. "Mau pulang, kangen kasur kamar di rumah." - Aruna, maba gak tau apa-apa.