#AB-12

700 90 26
                                    

" Seni diciptakan dari hati tanpa dipaksa tanpa adanya sebuah rekayasa. Sama sepertinya jalan kehidupan yang dipilih, tak ada paksaan dan hanya mengikuti kata hati. Bukannya keegoisan yang hanya membawa sebuah kehancuran..."

.

.

.

(Author **** POV)

"Yoongi hyung, kita mau kemana? Ini masih pagi." Jungkook menurut ketika tangan kanannya ditarik sang kakak. Mereka berdua berjalan menuju tanah lapang ketika matahari hendak naik. Waktu menunjukan pukul empat subuh. Dimana kemungkinan masih banyak orang yang terlelap dalam mimpi indah mereka.

"Ikuti saja, kau akan tau Kook." Sang kakak mengatakan demikian tanpa ekspresi, ia terlalu fokus melihat ke depan dan berhati-hati saat melangkah. Takut, jika dia tersandung dan Jungkook juga. karena bodohnya dia lupa membawa senter dan matahari belum terbit sepenuhnya.

Meski begitu Jungkook sangat yakin sang kakak tak akan membawa dia dalam bahaya apalagi tersandung, karena bisa dirasakan bagaimana tangan kanan tersebut digenggam sangat erat. Hingga urat nadinya terlihat, tanpa ada yang tahu sang adik tersenyum senang dengan perhatian kecil yang ditujukan untuknya. Dalam jejak diamnya dan dalam jangkauan sang kakak Jungkook merasa ia sangat spesial.

Matahari terbit mengikuti jejak keduanya yang kini hendak melakukan sesuatu. Apa yang akan dilakukan hanya salah satu dari mereka yang tahu.

"Jungkook, tutuplah matamu. Kau harus membukanya jika hyung meminta." Kini Yoongi menghadap tepat di depan sang adik, dirinya mengulas senyum tipis. Ia pun mengambil kain hitam dari saku celananya. Melipatnya persegi panjang dan menempelkannya di kelopak mata sang adik yang terpejam secara spontan.

Bau lavender yang khas tercium di indera penciuman namja kelinci itu. bau favorit sang kakak yang selalu digunakannya. Ia sangat hafal betul apa yang disukai oleh kakaknya dan apa yang tidak disukainya. Kedekatan yang sangat erat bukan? Keduanya pun sama seperti dua ikan yang berada di satu kolam yang sama.

Tak bisa dipisahkan ataupun dijauhkan, walau kedua orang tua kandung mereka berusaha untuk melakukannya. Tahu jika ayah dan ibunya melakukan hal itu, dalam benaknya Yoongi sebagai seorang kakak mengumpulkan tekad dalam dirinya. perlahan tangan kanannya menggenggam kedua tangan sang adik yang tertangkup menjadi satu dalam genggamannya. Mengusap bagaimana jemari yang sedikit terluka itu terasa dingin karena angin pagi saat ini.

Jungkook yang merasakan hal itu sedikit tercengang dengan kedua bibir yang terbuka menghirup oksigen gugup. Kepalanya bergerak kekiri dan kekanan dibalik penglihatannya yang gelap karena kain sang kakak. Mengamit tangan sang kakak, Jungkook menganggukan kepalanya. Mengiyakan apa yang dikatakan oleh kakaknya mengenai,

"Jangan lepaskan tanganku Kook, atau kau akan terjatuh. Hyung akan menunjukan sesuatu yang menakjubkan padamu." Pinta sang kakak, dengan hati-hati menggenggam tangan sang adik. menuntun setiap langkahnya dengan pelan. Namja bermata sipit itu tak sabar untuk menunjukan sesuatu yang berharga untuk adiknya. Sudah dipersiapkan cukup lama dan membutuhkan waktu yang tepat untuk membawa Jungkook kesini. Sebuah kesempatan bagus pastinya.

"Yoongi hyung selalu saja membuatku penasaran. Aku yakin kau tidak mengecewakanku." Sang adik terkekeh, menampilkan gigi kelincinya yang manis. Masih tampan meski kedua kelopak mata indahnya tertutup oleh kain hitam milik kakaknya. Dalam otaknya begitu banyak bayangan imaji yang menjadi pantauan apa yang menjadi hadiah spesial itu?

"Apa kau pernah membuatmu kecewa saeng? kenapa aku harus melakukan hal yang hyung saja terlalu sulit untuk dilakukan. Mengecewakanmu sama saja menyakiti diri hyung, apa kau lupa kita ini saudara dan aku kakakmu. Jika kau patah maka hyung akan patah lebih parah." Yoongi menyamkan langkahnya dengan sang adik, tangannya merangkul tubuh yang lebih tinggi darinya itu sembari tersenyum dan menatap langit subuh yang indah menurutnya.

Alpha Beta (Sad Story Yoonkook) [Spesial Tears]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang