SAJAK RINDU LINIMASA

41 3 0
                                    

Sajak Rindu Linimasa

19/10/19

Mulai mengenalmu membuatku megenal dunia

Dunia yang berbeda dari yang kujalani selama ini

Aku tidak tau kenapa aku harus selalu menyiapkan waktu

Walau hanya untuk sekedar menyapamu, dan melihatmu

Aku mulai terbiasa mengahabiskan malam bersamamu

Sungguh aku mulai merasa dunia kembali berwarna

Pelangi kembali tersenyum padaku

Kau tau bagaimana menemukan kenyamanan

Kau tau bagaimana cara menemukan bahagiamu

Aku sedikit mulai belajar tentang hidup

Perlahan aku sudah mulai nyaman denganmu

Aku harap tetaplah seperti ini

Memang aku tidak terlalu membuka diri

Kau tau kenapa

Karena menemukan rasa nyaman itu sulit

Jangan pernah berubah

Aku tidak pernah meminta banyak






Aku iri pada dia yang berhasil mendapatkan hatimu lebih dulu. Mengecap suka, mendekap cinta. Kamu bahagia dalam naungan rasa nyaman yang kelak dia berikan. Lantas siapa yang harus aku salahkan?

Waktu?

Temu?

Atau keberanianku?

"Apa guna warna langit dan bunyi jangkerik? Apa guna sajak dan siul? Yang buruk dari kapitalisme adalah menyingkirkan hal-hal yang percuma."

"Selalu saja ada sosok yang dituju
di setiap kata "Engkau" dalam sajakmu.

Selalu saja ada satu nama,
yang disamarkan dengan kopi, malam, senja, dan hujan.

Selalu saja ada sosok palsu,
dalam setiap ungkapan majasmu itu.

Selalu ada sesuatu dibalik kisah pilumu, ketika engkau berurusan dengan rindu.

Ceritanya akan tetap seperti itu,
hingga engkau tutup buku,
kecuali jika kau memutuskan untuk berhenti mengurusi rindu."

"Waktu berjalan ke Barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang.
Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan.
Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang,
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan.

Kesusastraan adalah hasil proses yang berjerih payah, dan tiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu: ini bukan sekadar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin.

Aku benci berada di antara orang-orang yang bahagia. Mereka bicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata mereka tidak mengatakan apa-apa. Mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup mereka baik-baik saja. Mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri mereka

"Jika ada orang yang menyebut saya penyair, maka saya tidak pernah bermimpi dan berharap disebut penyair, saya bukan penyair, bahkan saya bukan siapa-siapa, saya hanya orang yang ingin mengajak manusia yang lain untuk kembali mencintai kata.

Sebuah Sajak Yang Biasa SajaWhere stories live. Discover now