part. 1

359 23 23
                                    


Sahabat ialah Seseorang yang mengerti akan kebutuhan kita tanpa memintanya.

Agha Aludra

.
.
.

Pukul 06.45 seorang cowok dengan penampilan layaknya preman tiba disekolah. Baju yang dia kenakan dikeluarkan, dasi yang dikenakan sangat diluar aturan, rambut berantakan, tali sepatu dibiarkan, ditambah tindik kecil ditelinganya. Terkesan seperti anak jalanan yang tersesat di area sekolah.

Cowok itu sengaja, karena dia terburu-buru untuk sampai ke sekolah tujuannya untuk menghindari hukuman.

"Woy Gha!" sapa Defaz dari belakang sambil berlari menyusul Agha.

Agha menengok ke arah Defaz sekilas.

Namanya Agha Aludra. Cowok dingin, dan tidak banyak bergaul, dia hanya memiliki dua teman dekat yaitu Vito dan Defaz. Menurutnya, tidak masalah jika hanya mempunyai dua teman asalkan teman itu jujur dan bisa menolongnya, bukan punya banyak teman tetapi hanya bisa memanfaatkannya.

Dia cukup terkenal di sekolahnya karena prestasi basket yang diperolehnya selain itu, dia terkenal karena kenakalannya yang membuat sebagian guru geleng-geleng kepala.

"Buset dah, lo preman banget!" celetuk Defaz melihat Agha dari atas ke bawah.

"Iri bilang boz!" balas Agha ketus.

"Anjir!" umpat Defaz melihat kelakuan Agha.

Mereka berdua melanjutkan langkahnya menuju kelas XI Ips 1.

"Lo udah disini aja." sapa Defaz kearah Vito yang tengah celingak-celinguk mencari jawaban.

"Yee, gue berangkat pagi karena PR goblok!" balas Vito dengan nada sewot. "Gha, pinjemin buku lo!" lanjut Vito melihat Agha dengan santainya berjalan kearah mejanya.

"Hah! PR apaan njir!" teriak Defaz tepat disamping Vito. Membuat Vito sesekali mengusap daun telinganya.

"Astaga, punya temen tolol banget!" balas Vito yang kesal akan kegoblokan sahabatnya itu.

"Bangsat! Tega bener lo!" umpat Defaz.

Agha segera mengeluarkan buku matematikanya dan melempar kearah Vito, dengan sempurna Vito menangkapnya.

"Kenapa lo lihat punya Agha? Dia aja matematika ngga seberapa." jujur Defaz.

Agha memang tak jago dalam matematika sebenarnya, tetapi setidaknya dia mengerjakan meskipun semua soal dia liat di ahlinya, google. Karena semua orang mempunyai keahlian masing-masing bukan? Agha tetap bersyukur meskipun nilainya rata-rata 78 setidaknya dia tidak mengulangi lagi.

Agha yang mendengar itu, menatap tajam kearah Defaz. Defaz hanya nyengir menunjukkan dua jarinya membentuk huruf V.

"Lah dari pada lo! Ngerti PR aja kaga?!" sahut Vito.

"Dari pada lo! Sama aja nyontek!" balas Defaz tak mau kalah.

"Dari pada lo! bacot!” putus Vito menyudahi pertengkaran yang tidak berguna.

"Lo mau kemana?" tanya Defaz melihat Agha berdiri dari bangkunya.

"Toilet. ikut?” tawar Agha, tetapi dia segera berjalan keluar kelas tidak mendengarkan balasan Defaz. Agha sudah tau jawabanya, karena lelaki tidak seperti perempuan yang pergi ke toilet berdua.

Agha AludraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang