Prologue

11 1 0
                                    

Diam-diam masuk ke barisan upacara karena terlambat bukanlah ide yang bagus, melainkan membawa petaka bagi Nadella. Siswi satu ini benar-benar nekad, padahal ia tahu konsekuensi kalau terlambat.

Ia memang berhasil masuk ke barisan kelasnya, namun ia tidak berhasil lolos dari pengawasan guru BK. Guru BK tersebut berdiri di belakang barisan sampai upacara selesai.

"Nadella ikut saya ke ruang BK!" Mau tidak mau Nadella harus mengikuti guru bk tersebut.

"Mati gue mati gue," batin Nadella.

Sesampainya di ruang BK Pak Fikri langsung menginterogasi Nadella.

"Nadella sudah tiga kali kamu terlambat, waktu yang pertama sudah saya ingatkan jangan sampai terulang lagi tapi kenapa masih terlambat?"

"Gimana nih gue nggak mungkin jujur kalo gue kesiangan?"

"Em mmm, gini pak sebenarnya saya tidak mau terlambat tapi situasi yang buat saya terlambat." Nadella menjawab terbata-bata pertanyaan dari pak Fikri.

"Situasi bagaimana yang kamu maksud?"

"Mm anu pak, saya terlambat karena nungguin angkot pak nggak dateng-dateng." Nadella berdusta lagi.

"Angkot? Bukannya ayah kamu itu pengusaha sukses punya mobil dan banyak uang? Kenapa tidak diantar?"

"Begini pak, sopir dirumah saya lagi pulang kampung pak jadi nggak ada yang nganter." Kini bahasa yang Nadella tidak sekaku permulaan bicara.

"Ada-ada saja alasan kamu, bapak tidak mau tahu kalo kamu masih terlambat kamu akan dapat skors dari sekolah." Ancaman pak Fikri tidak main-main.

"Baik pak."

"Untuk hari ini kamu saya hukum untuk membersihkan roof top sampai jam pelajaran berakhir, tidak ada tawar menawar."

"Yah, Pak. Bapak pernah ke roof top 'kan? Pak, bapak tau kan keadaannya gimana?" keluh Nadella.

"Cepat kerjakan saja, Nadella. Atau saya telpon ayah kamu?" ancam Pak Fikri.

"Jangan pak. Iya ini bakal saya kerjain."

Nadella berjalan menuju roof top dengan membawa peralatan kebersihan.

"Wih, tumben agak bersih. Siapa yang bersiin?" Nadella heran namun ia senang karena ia tak perlu repot-repot membersihkan dengan susah payah.

Dengan senang hati ia menari-nari dan langsung duduk di kursi bekas yang ada di sana.

"Anjirrr, gila!! Ilang masa depan gue!" Teriak seseorang diikuti dengan teriakan Nadella yang refleks kaget.

"Eh, punya mata gunain dong!"

"Ya udah sih maaf," ujar Nadella merasa bersalah.

"Eh, tapi siapa suruh jam pelajaran tidur di sini? Ahh, pasti lo bolos 'kan?" Lelaki itu tak menjawab, ia memutar bola matanya malas meladeni Nadella.

"Pantes masa depannya ilang," sambung Nadella dengan nada polos serta mengejek.

"Kok muka lo asing banget sih? Lo murid baru? Waduh gila banget sih lo, baru masuk sekolah udah bolos."

"Apa urusannya sama lo?" tanya lelaki itu.

"Nggak ada sih, cuma gue merasa tidak ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia di sini."

"Gue yang telmi atau lo yang nggak nyambung?"

"Lo yang telmi! Ayo sini ikut gue ketemu sama Pak Fikri!" Nadella menarik paksa lelaki itu dengan segala kekuatan yang ia miliki. Dengan segera lelaki itu menepis tangan Nadella.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NadellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang