Hujan...
Fatim menghembuskan nafasnya saat memandangi air hujan yang mulai turun dengan derasnya. Ia menundukkan kepalanya, kelopak matanya tertutup rapat lalu terbuka perlahan. Ia menghela nafasnya berulang-ulang kali. Di sampingnya sudah ada Salah yang baru saja mendekat.
Kejadia di kantin tadi hampir saja membuat Saaih babak belur akibat di keroyok dengan Fateh cs. Untung saja guru-guru langsung datang di tempat kejadian, Fatim tidak bisa membayangkan jika para guru tidak datang dan memisahkan aksi Fateh memukuli Saaih.
"Pake jaket gue" ucap Saaih sambil menyodorkan sebuah jaket kepada Fatim.
"Gausah, makasih" tolak Fatim singkat.
Saaih menghela nafasnya berat, lalu langsung memakai kan jaket miliknya di bahu Fatim.
"Gue gamau lo sakit" ucap pria itu dengan nada dingin.
Seketika Fatim menoleh kearah nya.
"Thanks" balas Fatim.
Saaih mengangguk.
"Tumben lo belum pulang" tanya Saaih.
"Hah?"
"Tumben lo belum pulang, biasanya udah pulang dari tadi" ucap Saaih memperjelas ucapannya.
"Gue nunggu---
"Nunggu Nyokap?" potong Saaih.
Fatim pun mengangguk.
"Mungkin Nyokap lo lagi sibuk"
"Atau mungkin ada pekerjaan yang belum bisa dia tinggalin'?" ucap Saaih.
"Mungkin" ucap Fatim singkat.
"Lo tinggal berdua doang sama Nyokap?" tanya Saaih.
Fatim hanya mengangguk.
"Bokap lo dimana?" tanya nya lagi.
"Bokap gue udah gak ada" jawab Fatim dengan suara lirih.
Saaih menoleh, menatap Fatim yang berkata dengan nada lirih. Membuatnya merasa bersalah karna telah menanyakan tentang Ayahnya yang telah tiada.
"Sorry" ucap Saaih dengan raut wajah yang merasa bersalah.
Fatim menoleh kearah Saaih, kini mata keduanya saling bertemu bahkan saling bertatap.
"It's okay" jawab Fatim pada Saaih sambil tersenyum lirih.
"Hujan udah reda, mau sampe kapan lo nunggu disini?" ucap Saaih mencoba mengalihkan pembicaraan.
Fatim hanya diam saja.
"Mau bareng gue gak?" tawar Saaih.
"Gak mau ah, gue ngerepotin lo mulu" tolak Fatim.
"Emang nya kapan lo ngerepotin gue?" tanya Saaih.
"Waktu itu" ucap Fatim lagi.
"Cuma sekali kan" balas Saaih
"Ya..ya..ya gue mau pulang bareng lo" jawab Fatim malu-malu.
Fatim menerima ajakan Saaih, karna tidak ada pilihan lain. Kalau ia terus menunggu Bundanya nya menjemput mungkin sampai magrib ia berdiri disini.
"Yaudah ayok" ucap Saaih sambil menggandeng tangan Fatim.
Seketika Fatim tercengang saat tangan nya di gandeng oleh Saaih, ada perasaan senang dan bercampur malu.
Fatim pun langsung melepaskan tangan nya yang di gandeng oleh Saaih.
"Lepasin tangan gue, kaya orang mau nyebrang aja" ucap Fatim sambil melepaskan tangan Saaih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bad Boy (Fateh Halilintar)
AcakBuat fatners and stars langsung baca aja:) Jadi, di cerita ini gen halilintar bukan keluarga, aku bikin umur mereka jauh lebih tua dari sekarang So, jangan lupa baca stars ⚡⚡⚡