I
Api berarak di jalanan memberkati kelahiran setiap angkaramurka yang memuncak pada tubuh-tubuh. Zenit kali ini dirasuki oleh nyala yang segera menetas di setiap jengkal tanah untuk kemudian membara ranum, amuk yang pecah dan berserakan di sepenjuru mata angin lalu mencoba bertahta atas sebuah kota, dan ribu jerit erangan yang membumbung tinggi ke langit pekat melebur dengan hitam asap yang menebal.
II
Pada zenit ini di negeri anarki udara mendidih lalu bercampur dengan kental lengking pekik serapah usiran dan segenap jerit kepedihan dari orang-orang yang mesti terbuang. Angin yang berembus mengabarkan kedatangan hari di mana kemanusiaan resmi dirobek dan teater anarki dipentaskan.
Zenit ini adalah tentang kaca-kaca yang pecah, jejeran toko yang menjadi sarang api, mobil-mobil yang terbakar ringsek, lemparan batu, dan hujan bom molotov.
III
Zenit ini adalah tentang arakan kaki menyertai kemanusiaan di ujung senapan, keadilan di selongsong peluru, dan belati yang sebentar lagi memurnikan darah leluhur.
Zenit ini adalah perihal tangis bayi dan perih ketakutan anak-anak dalam dekapan ibu kaum usiran yang mengangkasa saat melihat bapak-bapak mereka dimassa di jalanan kota.
Oktober, 2019
