Karya : Malik
Peluh bercucuran seiring jauhnya jarak yang telah kami tapaki. Beberapa kaokan burung gagak dan kepakakkan sayapnya terdengar bersahutan. Burung hitam itu terbang rendah di atas pucuk pohon pinus yang berdiri disana-sini.Aku terus berteriak "Hiah!" Setiap kali berhasil melompat dari satu batu besar ke batu besar lainnya. Arai yang lima langkah dibelakangku terus saja mengeluh. Deru nafasnya terdengar sangat keras.
Aku berhenti sebentar, menunggu Arai sejajar. Tapi saat Arai hanya butuh satu langkah lagi untuk menyamaiku, aku sudah kembali berlari. Kami mengejar waktu, tidak boleh banyak beristirahat seperti ini. Salah Arai juga. Dia ngotot ingin melihat Harimau tadi. Padahal rumah Tuan Harimau, idolanya itu berkilo-kilo jauhnya dari perkampungan kami.
Tapi Arai malah membalikkan, dia bilang aku yang salah. Kenapa juga malah tertidur di rumah Bibi Kamboja. Arai sangat menyebalkan ketika sepanjang jalan terus protes bilang tadi aku mendengkur sangat keras. Lebah yang ingin mencuri nektar di pekarangan Bibi Kamboja sampai tidak berani mendekat. Aku yakin dia mengada-ada. Mana pernah aku tidur di rumah orang sepulas itu. Tapi dia malah mengelak.
"Ya sudah kalau tidak percaya. Besok akan aku rekam biar tau rasa!"
Kami sudah berjalan satu setengah jam. Satu jam pertama yang benar-benar hanya berjalan biasa. Dan setengah jam setelahnya berlompatan seperti ini. Kami baru ingat, tujuan kami masih sangat jauh.
Besok-besok aku tidak akan menemani Arai mengunjungi rumah Tuan Harimau lagi. Bikin kapok saja. Dan Arai berseru ketus, bilang dia juga kapok mengajakku makan masakan bibinya. Dia berjanji akan mengguyurku dengan air nira jika tidur mendengkur lagi.
"Lihat! Di depan Agam, lihat!" Arai tiba-tiba berteriak histeris. Dia bahkan melompat mendahuluiku begitu saja. Di depan sana, ternyata ada orang-orang yang tengah berkumpul. Aku langsung bersemangat lari ke arah mereka.
Orang-orang yang sedang berkumpul itu adalah para petani kubis yang tengah panen. Ada seorang pengepul yang bernegosiasi tentang harga kubis dengan mereka.
Aku menepuk-nepuk mobil hitam itu begitu sampai. Ini mobil bak terbuka milik si pengepul. Tumpukan karung kubis sudah terbaring lemah di atasnya.
Aku menatap Arai yang terengah menormalkan pernafasan. Tangan Arai membentuk tanda ok! Dia baik-baik saja.
Ah, untunglah. Kami berencana ikut menumpang di mobil ini. Demi menghemat tenaga dan mempercepat waktu.Kain yang dicangklongkan di pundakku sedikit melonggar. Ku perbaiki ikatannya. Ada benda penting yang kami bawa disimpan disini. Arai juga terlihat membenarkan bawaannya.
Begitu kaokan gagak kembali terdengar dua kali -entah itu gagak yang tadi atau bukan- para petani setuju dengan harga yang ditawarkan. Dan untuk kaokan ketiganya, gagak itu harus melihat aku dan Arai yang berlompatan ke atas mobil. Si pengepul tidak keberatan beban bawaannya bertambah.
Dengan menaiki mobil pengangkut hasil panen sayuran itu, aku dan Arai melewati Sungai Kenangan yang airnya sudah enggan mengalir lagi. Kenangan itu sudah mati. Habis Sungai Kenangan, mobil berderit-derit memasuki Hutan Insomnia yang dihuni berjuta-juta pohon raksasa. Titik cahaya yang banyak mulai tampak di depan sana, kami memasuki Desa Kebocoran.
Kerikil yang tajam di sepanjang jalan desa membuat ban mobil bocor. Meninggalkan si pengepul yang kesusahan dan bingung dengan mobilnya, aku dan Arai terpaksa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Desa Rabun Jauh dan Jembatan Perceraian kami lewati dengan berlari kencang.
Ketika menengadahkan kepala sekawanan kelelawar terlihat bergerombol di langit, hendak memulai hidup. Akhirnya, kami tiba di Kota Kecamatan sebelum adzan maghrib berkumandang.
Dengan berjalan santai, aku dan Arai menuju surau. Bawaan kami dititipkan pada orang yang lewat. Aku dan Arai hendak membersihkan diri terlebih dahulu. Kami akan mengaji selepas shalat berjamaah.
Kembali terngiang nasihat Mamak padaku.
"Agam, mau gimanapun susahnya ngaji itu penting!"-Real, Kuningan 23Des2019-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerikil Kata || CERPEN
Historia CortaAku tidak pandai merangkum. Kau coba baca saja sendiri. Aku menyimpan kenangan tentang seseorang dalam setiap bab di buku ini. Ku perbolehkan kau menyukainya💓 @Kuningan @Bandung