Di mulailah sebuah kehidupan, usiaku menginjak 6 tahun.
Aku akan memasuki dunia sekolahan, ya aku awalnya senang, tapi..
..
Ibu yang sedang menggendong adikku yang masih bayi dan kami mengendarai sebuah sepeda, ia sangat kesulitan."ayo.. Cepet naik.." ibu meneriakiku yang tengah asik bermain di teras rumah.
"nanti.. Busnya lagi kecelakaan bu, ini mau di blokir jalannya. Macet nih..!!" aku memainkan mobil mainan dan seolah olah tengah memblokir jalan. Tidak menanggapi kata kata ibu.
{Imajinasi anak anak di usiaku memang sangat besar, bahkan lebih besar dari kapasitas seharusnya.}
Ibu melepaskan sendal jepitnya, aku melirik. Seketika aku beranjak berdiri. Jika sudah sendal yang keluar aku gak bisa ngelak lagi. Menurut.
Aku berlari menuju belakang sepeda dan aku naik diatasnya. Ibu mulai mengayuh sepedanya, adikku di dudukan di depan. Dia masih balita usia 3 tahun, kurang lebih.
Aku sampai di sekolah, para ibu ibu dan anak anaknya sedang mengantri untuk mendaftarkan anak mereka masing masing.
Disana ibu bertemu dengan temannya yang juga satu desa dengannya, aku juga bertemu dengan putri, dia temanku.
Kami memang gak terlalu dekat tapi kami akrab jika bertemu. Dia termasuk kerabat dekat ku.
Aku mendekatinya, "putri.. Mau daftar juga ya..?" tanyaku.
"iya, sat. Mama bilang aku bakalan ketemu temen banyak di sini..! Apa bener?" putri menjawab dan bertanya.
"mungkin, gak tau,. Deh.. Tapi sekolahnya bagus ya.. Banyak pohon dan bunganya. Kamu nanti duduk di mana?" asal asalan aku jawab, aku juga bertanya.
"gak tau, maunya nanti di tengah"
Kami asyik berbincang, ibuku dan ibu putri juga saling mengobrol, entah mereka bicara apa saja, pasti percakapan orang tua, ahk bosan!!
.
.
.
Kami kemudian pulang ke rumah, sudah siang kira kira 12.05 waktu zuhur, ibu mampir ke masjid. Katanya mau sholat. Setelah ibu selesai Kami sampai di gang depan rumah kami. Ibu menyuruhku masuk dan ganti baju.
Aku ganti baju, seragam merah putih ini membuatku gerah. Aku membuang baju di sembarang tempat.
Aku meraih pakaian dan memakainya. Di usiaku ini aku cukup mandiri untuk berganti baju, namun aku masih saja mengompol saat bangun pagi, ibu pasti mengomel kalau aku mengompol.
Dia pasti bilang.. 'aduh.. Kamu udah gede juga masih aja mengompol,.. Gimana sih!!' atau 'kalo ngompol lagi, ibu mau nyari capung biar kamu digidit mau..!! Makanya jangan ngompol, kamu bukan bayi lagi.'
Wajar kalo ibu ngomel, karena ompolku pasti pesing.
Aku di hidangkan makanan oleh ibu, ada telor mata sapi yang dikasih kecap, sayur asem, tempe. Cuma ada itu yang ada. Bapak sedang bekerja di luar pulau tepatnya. Di pulau sumatra. Bapak bekerja sebagai buruh disana. Bapak mengirim uang yang jumlahnya hanya cukup untuk makan. Tapi kalau untuk keperluan lain, pasti kurang.
Maka dari itu, ibu menjahit BH untuk menutupi kurangnya biaya ekonomi keluarga kami. Bh yang ibu buat, khusus untuk orang tua atau ibu - ibu. Ibu setiap minggu dan rabu selalu berdagang di sana, tepatnya di pasat JATIBARANG INDRAMAYU. Memang tak banyak uang yang kami dapat dari sana, tapi. Syukuri saja apa yang ada. Ibu suka mengajakku juga.
Pasarnya becek, kumuh dan banyak sampah berserakan. Maklum keadaan kebanyakan pasar memang seperti itu, di zaman sekarang atau masa kecil ku dulu. Ya meski sekarang pasar itu sudah mengalami banyak perubahan.
Tapi tidak bisa dikatakan bersih dari sampah, becek atau kumuh.
Dan disinilah aku mendapatkan seragam sekolah. Seragam pertama yang ibu belikan untuk sekolahku minggu depan.
.
.
.
To bo continued...
Nantikan kisah berikutnya... Ya..