Jiang Cheng tidak tahu.
Tidak benar-benar tahu.
Apa yang membuat dia tahu bahwa orang itu patut untuk dibenci.Sementara dia di sini -Yunmeng- tertinggal hanya bersama angan tentangnya.
Melewati hari-hari tanpa seorangpun yang tersisa untuk disebut sebagai keluarga.
Tidak kedua orang tuanya.
Tidak shijienya.
Tidak juga orang itu.Jiang Cheng hanya tau orang itu begitu jauh dari rengkuhan jemarinya.
Jauh...
Hingga dia tak tahu lagi apa definisi kata jauh itu.
Padahal siapa dulu yang berkata akan setia kepadanya?
Siapa dulu yang berkata akan jadi tangan kanannya?
Dan siapa dulu yang berjanji akan membantu membangun kembali sekte Yunmeng Jiang?
CIH OMONG KOSONG!Tapi Jiang Cheng lebih dari tahu.
Dia bukan membencinya karena kealpaan orang itu di sisinya.
Bukan untuk picisan seperti itu rasa ini begitu persisten menyesakkan dada.
Oh ayolah! Dia bukan lagi anak kecil cengeng yang manja.
Dia adalah kepala sekte Jiang dari Yunmeng.
Bisa juga ditambahkan sebagai kepala sekte termuda yang berhasil menjadikan nama Jiang satu dari empat besar sekte terbesar dan termuka di dunia kultivasi.
Siapa yang tidak takut akan terkena cambukan zidian miliknya yang bisa membuat orang yang terkena harus menahan sakit beberapa hari bahkan mungkin bulan?
Dia tahu pasti dia telah berhasil membuat perisai bagi dirinya sendiri.
Dengan sikap angkuh, keras kepala, kasar, menjengkelkan, tidak mau kalah, dan mulut jahat yang dimilikinya.Dia juga bukan membenci orang itu untuk kepergiannya.
SIALAN! PERGI YA ENYAHLAH!
Bukan juga karena kenihilan berita darinya.Kalau semua kebencian ini hanya untuk itu, Jiang Cheng selalu menyimpan tanya.
Mengapa orang itu harus melukis begitu banyak memori dalam benaknya?
Benar-benar sial!
Memori yang bahkan Jiang Cheng tak bisa terlelap tanpa mengingatnya.Dia tahu hidupnya kini terus berlanjut.
Nyatanya dia bisa terus hidup tanpa orang itu di sisinya.
Dan mungkin semua yang dia rasa hanyalah sebuah klise belaka.
Tapi entah...
Jiang Cheng hanya ingin sebuah alasan untuk membencinya.
Alasan yang membuatnya selalu mengingat orang itu di balik kata benci.
Benci namun terus mengingatnya.Lalu dia tersadar.
Bahkan mungkin jika mereka hanya bertemu sepersekian detik di kehidupan ini, tetap saja itu adalah sebuah kenangan.
Dan dia juga mungkin akan tetap membencinya.WEI WUXIAN
Mungkin dulu ayahnya tidak perlu memungut anak itu dari jalanan.
Biarkan saja dia hidup menjadi gelandangan!
Tidak usah membawanya pulang ke Yunmeng.
Dengan dalih anak temannya? Orang dari pelayan yang setia kepadanya sebagai tangan kanan?
Nyatanya Wei Wuxian hanya menjadi duri bagi pernikahan kedua orang tuanya.Tapi Jiang Cheng tak pernah lupa.
Dulu dia juga menerima Wei Wuxian sebagai saudaranya.
Menghabiskan masa anak-anak hingga remaja bersama. Belajar meningkatkan kultivasi walaupun orang itu selalu berada satu tingkat lebih tinggi darinya.Sekarang setelah semua fakta dan kesalahpahaman terbongkar lalu apa yang dia dapat?
Nihil.
Dia setiap hari harus berurusan dengan segala tetek bengek tentang sekte.
Sementara Wei WuXian?
Hidup bersama seorang Lan WangJi. Berkelana ke berbagai tempat yang penuh dengan kekacauan.
Pasangan kultivasi eh?
Ironi macam apa itu!
Lihat! Jiang Cheng bahkan tidak punya siapapun yang mau berdiri di sampingnya!
Lagipula apa bagusnya Tuan Muda Kedua Lan itu eh?
Dia juga bisa menjadi orang yang pendiam dan minim ekspresi!
Tapi nyatanya Wei WuXian bersama dengan Lan WangJi. Bukan dirinya.Harusnya dia dulu menerima jalan yang dipilih Wei WuXian.
Harusnya dia dulu tidak terlalu keras kepala menyuruhnya keluar dari sekte Jiang.
Harusnya dia dulu mengerti kesulitan yang dihadapinya hingga memilih jalur kultivasi yang melenceng.
Harusnya dia dulu...
Harusnya dia dulu...
Dan masih banyak seharusnya yang lain.Jadi Jiang Cheng hanyalah benci kepada otaknya yang memaksa selalu mengingat segala hal tentang Wei WuXian. Dia benci setiap kenangan yang terpatri dalam benaknya. Dia benci perasaan tidak berdayanya tanpa orang itu di sisinya.
Dan di atas semua itu, dia benci kepada dirinya sendiri yang memaksakan kebencian untuk Wei WuXian di dalam hatinya.Padahal Jiang Cheng jelas tahu, dia tidak membenci Wei WuXian. Sedikitpun dia tidak pernah membenci pemuda itu.
Dia hanya merasa...
Tidak dibutuhkan lagi mungkin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You Or Hate Myself?
PoetryJiang Cheng membenci orang itu. Begitulah yang selalu dia pikirkan. Tapi sebenarnya apakah alasan di balik semuanya?