jangan,

11 0 3
                                    

Haro,
_________________

Namanya Kardelen, si pria yang menyukai Kardelen namanya Jung Jaehyun.

Jaehyun itu sedikit lawak, karena keras sangat ingin si gadis tahu kalau dia teramat tertarik pada gadis Nusantara itu, namun diri sendiri sangat tsundere.

Terlebih sifatnya yang kadang berubah menjadi yandere ketika mengetahui jika gadis itu melewatkan apa yang seharusnya dilakukan. Hhh. Bukan seperti itu mainnya, Jung.




~
Jam pelajaran di waktu tengah hari seperti ini memang membosankan, terutama untuk si sulung cantik, Kardelen.

Meski jam kosong, tak ada pengajar atau guru piket yang masuk, sama saja tak membuat Kardelen bersemangat untuk menjadi hiperaktif di kelas seperti teman lainnya.

Sampai satu gebrakan meja yang sangat kuat mengusik sandar nikmatnya pada bangku belajar.

Brak!

“Ya lo mikir kek gimana kalo seumpama lo sampe masuk terus jadi! Lo nggak mikirin kita satu kelas? Kita satu sekolah bahkan bakal malu kalo perut lo kembung kebablasan!”

“H-hiks. .”

What the. .” ,baik, gadis itu tertarik.

Beranjak dari spot nyamannya, berjalan pelan mendekati kerumunan bundar di pojok kelas.

“Eh, apa sih?”

Dahi si manis didorong pelan oleh tersangka dengan inisial Jennie.

“Tinggal liat anjir belom kelar ini! Sini lo! Kita nobar orang labrak, agagagaga”

Dahi Kardelen mengerut, sepersekian detik paham. Lantas sekali meloncat, tingkatnya sudah duduk absurd di atas bangku– ntah milik siapa, seingatnya milik teman sekelasnya yang terkenal dingin, the one and only  tuan Min terhormat, hhh.

“Gue cuma tiga kali ngelakuin kok. .”

Si penyidang yang diduga bernama; Jihyo, Mina, Tzuyu, Chaeyoung, dan ah, siapa lagi, tidak fokus– terlihat memutar bola matanya tidak menyangka, sebagian yang menonton ambyar di tempat mendengar pernyataan dari gadis yang kini banjir air mata.

Gadis darah Nusantara itu sendiri tidak paham karena tidak menyimak dari awal, tapi ya, tau apa kasus yang dibahas teman sekelasnya lantas mendengar pernyataan cuma tiga kali dari yang disidang, Kardelen membolakan mata.

Sontak plum manisnya menganga, ikut menghujat dengan lebih lembut.

“Tiga kali lo bilang cuma anjing?!”

Y-ya, Delen, lebih lembut daripada yang lain lamgsung mengecap dengan gelar yang lebih, fantastic.

Tubuh Kardelen naik, kini menumpu utuh pada kedua lututnya. Karena merasa tersikut oleh emosi dari lengan Jihyo, Kardelen mendecak masam, lantas duduk lagi dengan kaki menapak pada kursi di bawah.

Hei, Kar, ada yang mengincarmu.

Jaehyun mendekat, langkah tegapnya tidak terdengar.

Kardelen tak sadar, tubuhnya terasa diangkat gaya pengantin baru.

Kaget.

Dilihatnya lamat-lamat sosok yang membawanya menjauh dadi kerumunan julid.

“duh, pangeran”

Zrrt.

Diturunkannya si gadis di kursi lainnya, Kardelen tersenyum amat manis.

Lantas berdiri, berlari lagi ke arah kerumunan dan duduk di tempat yang sama. Di atas bangku.

Jaehyun membuang pandangannya, berjalan mendekat, mengangkat lagi layak pengantin baru.

Membawa jauh dari keramaian.

Bukan, bukan ke kursi lain lagi.

Dibukanya pelan pintu kelas, didorong pelan dengan ujung kaki dari Jaehyun.

“Loh? Kok keluar? Mau kemana?”

Jaehyun diam, masih Kardelen di gendongannya.

Semua menatap kedua kakak tingkat mereka yang lumayan dikenal itu.

Gadis biasa memikat, Kardelen.

Pria minimalis menarik, Jaehyun.

Diturunkannya Kardelen di depan ruang BK.

“Kok ke BK sih Jae?!”

Tok tok tok

“Masuk.”

Mrs. Tiff, guru BK yang serba lembut.

“Maaf miss, di kelas saya ada keributan, saya ingin meminta guru piket untuk ke kelas menenangkan, tapi saya pikir situasi sekarang tengah sangat membutuhkan miss dari bagian konseling. Sedikit ada masalah.”

Gadis Jawa kental itu mengangguk-angguk, paham. Tapi, kenapa harus membawanya. .?

“Astaga, ya sudah, kita ke kelas kalian sekarang.”

Pengajar kepala tiga itu membersihkan mejanya, memungut buku lantas memasukkannya ke dalam tas. Berdiri, hendak keluar daei lingkup meja kerja, satu-satunya Jung menyela.

Miss, saya izin melanggar peraturan”

“Apa?”

“Saya dan Kardelen berpacaran.”

Jaehyun mengalih badan, berarah pas ke sampingnya, lantas mencium kening si gadis Jawa di depan sang guru.
____________________________________

Garing, ya tapi, yah. . . . . .

1 2 3, 4 uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang