39. Tentang Adhena.

466 25 0
                                    

"Lo kenapa, sih Na?" Dhena menoleh, manatap malas abangnya yang ikut nimbrung ikut berbaring diranjangnya.

"Emang gue kenapa? Gue baik baik ajah." jawab Dhena.

Joshua bergerak memperbaikki posisinya menjadi tidur menyamping agar dapat melihat wajah datar Dhena. Entah apa yang sedang adiknya itu pikirkan.

"Lo lagi galau?"

Dhena menatap Joshua nyalang, sambil menyentil dahi Joshua kuat kuat. Bukan apa apa, hanya saja Joshua selalu menembak jawaban yang langsung tepat mengenai pertanyaannya sendiri.

"Siapa bilang?!" pungkas Dhena.
Joshua mengangkat bahunya acuh, sebagai jawaban.

"Keliatan dari muka jelek lo yang makin jelek."

"Jangan ngajak berantam, deh bang gue lagi gak mood!" sentak Dhena dengan gurat wajahnya yang terkesan ogah ogahan meladeni Joshua.

"Mungkin, cowok yang lagi lo galauin udah tersadar tentang seberapa jelek dan pendek, serta keras kepalanya seorang Dhena yang diberi nama putri ayu, dengan kenyataan yang jauh berbanding atas nama lo itu sendiri." penuturan Joshua yang betul betul menyindiri Dhena, membuat hadis itu kesal bukan kepalang.

Dia beranjak mendudukkan tubuhnya diatas ranjang, kemudian langsung saja memukuli seluruh tubuh Joshua dengan cara membabi-buta.

"Aww aww sakit bangke," umpat Joshua bergeliat gerasak-gerusuk diatas ranjang Dhena. Gadis itu tertawa terpingkal-pingkal merasa menang melawan abangnya yang selalu menjahili dia.

"Mampus lo bang!" sentak Dhena sebelum akhirnya menghentikan aksi pukul-memukulnya. Lantas saja Joshua mencari kesempatan untuk segera bangkit dari tidurnya, melemparkan sorot tajam pada Dhena yang malah merasa semakin menang.

"Rese lo Na, kalau lagi galau!" sergah Joshua kesal.

"Bang, cowok itu emang ngeselin yah, egois banget lagi." sela Dhena mengalihkan topik yang membuat dahi Joshua mengernyit.

"Kenapa lo pikir cowok egois?" tanya Joshua.

"Ya iyahalah, cowok itu pengen hanya dirinya yang dimengerti sedangkan dia sendiri, susah buat ngertiin kita." jawab Dhena menatap kosong dinding dinding berwarna pink kamarnya.

"Cowok itu bukannya pengen selalu dimengerti, tapi cewek sendiri yang gak mau ngertiin cowok, berkata seakan akan perumpuan yang selalu tersakiti. Faktanya, cewek gak tau kalau cowok itu mendam semuanya sendiri. Makanya cowok gampang lelah karna cewek yang kayak gitu." papar Joshua bijak. Dan entah mengapa, ucapan abangnya itu seakan akan menghunus permasalahan antara dia dan Arka.

Apa benar Dhena gak ngertiin Arka? Apa benar kalau Dhena seakan akan merasa paling tersati? Apa benar kalau Arka---- menyerah atas Dhena?
Memikirkannya saja makin membuat Dhena pusing tujuh keliling.

"Gue gak ngajarin lo buat nyakiti anak orang yang Na," ucapan skaptis yang dilontarkan Joshua, mampu membuat alis mata Dhena bertautan.

"Bang Jos, gue nanya gitu bukan karna hal itu terjadi di gue. Itu teman gue yang nanya ke gue, terus gue nanya ke bang Jos deh," kilah Dhena.

Joshua menggeleng gelengkan kepalanya bingung melihat sikap adik perempuan satu satunya itu. Tangannya terulur mencubit pelan pipi tembem Dhena.

"Terus lo galau gini cuman karna teman lo? Gak usah boong Na, gue tau gimana lo. Kalau lo galau pasti gak jauh jauh dari kata patah hati, atau putus cinta. Mustahilkan, lo galauin makalah berisi fungsi fungsi jantung." sindir Joshua telak yang langsung membuat bibir Dhena mengerucut kesal.

"Na,"

"Setelah gue pikiri sekarang gue gak mau lagi terlalu ngekang lo, buat lo hidup seakan akan didoktrin oleh gue atau Tama. Gue pengen lo jalani hari hari lo layaknya anak gadis yang sering ngerasain cinta cintaan. Tapi bukan berarti lo bisa terlalu bebas, lo juga harus tau batasnya." penjelasan Joshua langsung membuat Dhena terbelalak tak percaya. Abangnya ngizinin Dhena pacaran? Serius? Gak mimpi?

Tentang Adhena (Complete√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang