Jabatan dan Impian

125 6 6
                                    

"Tidak harus sarjana untuk menjadi seorang guru" - Rista Dewantari (Mama dari Winayu)


"Bercita-cita itu boleh, tapi menyesuaikan keadaan. Jangan pernah mengharapkan orang lain selagi kita mampu" - Ardhan Bagaskara

•••

Juli 2015.

Braaakkk !!
Amarah Mama Rista tak tertahan lagi ketika mengetahui putri sulungnya rela berdebat demi menuruti keinginan orang lain.

"Tidak, Win. Mama tidak setuju! Sungguh, aku Rista Dewantari Mama mu yang melahirkanmu. Demi Allah ta'ala, nak. Mama nggak ridho kamu melepas pekerjaanmu yang sekarang demi menetap di Yayasan Andricla"

"Tapi, Maa.. Mama ingat nggak dulu pas kita lagi kesusahan? Pak Mansyur dan Bu Rahma yang menolong tanpa di minta. Mama juga tahu kalau dulu aku sempat di nyatakan hampir nggak lulus Ujian Nasional. Ditambah kematian Ayah yang di susul kematian Mbah Uti dalam waktu singkat, belum lagi kejadian janggal di sela waktu kematian keduanya. Waktu itu aku down banget, berusaha kuat demi adik. Mama mana ada support buat aku? Mama memilih menikah lagi dan membiarkan anak-anak Mama hidup dalam belas kasihan orang lain. Hampir saja aku putus sekolah, Ma. Karena sisa uang peninggalan Alm.Ayah Mama pakai untuk menikah. Bu Rahma yang saat itu memotivasi aku buat lanjut sekolah, Ma.. .. .."

"Jaga bicaramu, Winayu! Mama juga tidak pernah meminta untuk di bantu. Sadar, nak. Selama ini kamu tidak pernah di izinkan untuk berhenti mengajar ekstrakurikuler sampai kamu rela mengorbankan waktu liburmu demi mengajar di SMP Andricla. Tawaran ini adalah cara Pak Mansyur untuk mengikatmu agar kamu bisa benar-benar menetap. Kamu sudah mapan, kenapa harus bersusah-payah dari nol lagi? Sedangkan adikmu sebentar lagi pendaftaran SMP. Butuh biaya banyak, nak. Kalau financialmu ngedrop, siapa lagi yang bantu Mama? Hanya kamu harapan Mama"

"Ma, Pak Mansyur janji mau membiayai kuliahku. Beliau juga menyarankan aku mendaftar di Universitas yang memiliki Fakultas Pendidikan biar bisa langsung ngajar di Spricla, Ma", jawab Winayu meyakinkan Mama.

"Spricla? SMP Andricla itu maksudmu? Tidak! Mama tetap tidak ridho kamu menetap di Spricla. Mama dan Ayah tirimu cuma mampu membiayai kamu sampai jenjang SMA. Selebihnya belajarlah berusaha dengan hasil keringatmu sendiri. Tidak harus sarjana demi menjadi seorang guru. Itu ambisimu saja, nak. Pak Mansyur itu siapa? Dia orang lain. Mana mungkin secara cuma-cuma membiayai kuliahmu tanpa ada maksud tertentu? Cukup untukmu berhutang budi, nak"

"Tapi, Ma. Aku bisa lang.. .."

Prakkk!!
"Diam! Winayu, tolong jangan mendebat Mama kalau kamu masih menganggap aku ini mamamu. Terserah!"

Kali ini Winayu benar-benar diam. Tamparan keras yang melayang di wajahnya membuat Winayu meradang. Mama tak pernah sekasar itu padanya. Mungkin kali ini Winayu melewati batasannya sehingga membuat Mama geram.

Aku tahu ini nggak adil,
Aku tahu, aku nggak pernah jadi anak yang berguna,
Tapi Mama nggak bisa se-enaknya nampar aku.
Mama selalu egois! Mama nggak pernah mau dengar keingananku. Mama lebih mentingin kebahagiaannya sendiri daripada aku.
Aku BENCI, Aku MANGKEL !! Kenapa harus di hadapkan dengan pilihan seperti ini?

••••

🕘09.00 WIB

Perdebatan kemarin sore masih menyisakan sesak di dada Winayu. Mama seperti enggan mengajak Winayu bicara.
Tiba-tiba Winayu mendengar suara Mama mensilakan seseorang masuk. Seperti ada tamu, diam-diam Winayu mengintip dibalik kelambu pembatas antara pintu kamarnya dan ruang tamu.
Ya, benar saja. Ada tamu spesial yang tak asing bagi Winayu dan Mama. Ardhan Bagaskara, teman Winayu saat masih menjadi siswa di SMP Andricla. Sudah 5 tahun ini Ardhan menjalin kasih dengan Winayu. Bagi Winayu, Ardhan sosok laki-laki yang bersikap dewasa dan mampu menenangkan hati Winayu disaat moody.

The Best TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang