sepuluh

1.2K 105 12
                                    

Arga mengejar Diva yang terus berlari sambil berpegangan dengan Monica. Air mata terus mengalir di pipi putihnya. Sampai di tangga yang sepi Arga meraih tangan Diva dan membawa Diva ke pelukannya tanpa peduli di situ ada Monica yang menutup mulutnya karena kaget. Jangan lupakan dengan Bara yang melotot melihat pemandangan di hadapannya saat ini.

"Jangan nangis, mas nggak suka liat air mata kesedihan Diva," ucap Arga sambil mengelus punggung Diva untuk menenangkannya.

Arga melepas pelukannya dan beralih menghapus air mata di mata indah Diva. Cadar yang dipakai Diva pun telah basah. Arga merasa sangat bersalah dengan Diva dan ini semua karena Aurel.

"Kita pulang ya, mas jelasin di rumah," ucap Arga lembut.

"Hm!" Deheman Monica dan Bara menyadarkan keduanya.

"Astaghfirullah, maaf maaf," ucap Arga menggaruk tengkuknya.

"Lo kok—"

"Gue jelasin. Tapi nggak di sini."

Arga menarik lembut tangan Diva untuk menuruni tangga. Arga berpikir ini waktu yang tepat untuk menjelaskan dengan sahabat-sahabatnya itu dan juga Monica yang memang sudah dekat dengan Diva.

"Bro!" panggil Bagas dan Vino yang terengah-engah karena berlari.

"Lo pada main ninggalin bae. Udah dibilang tungguin juga," ucap Bagas kesal.

"Kebetulan," gumam Arga.

"Lo bertiga ke rumah gue ya, nih bawa mobil gue," ucap Arga melempar kunci mobilnya dan ditangkap oleh Bagas.

"Ngapain?"

"Udah ikut aja. Dan lo ...."

"Monica, Mas," ucap Diva melihat Arga yang lupa akan nama Monica.

"Nah lo juga ikut. Ikut sama gue dan Diva aja atau lo bawa mobil?" tanya Arga dan Monica mengangguk sebagai jawaban.

"Ya uda kalau gitu kasih kuncinya ke Bara, biar dia yang bawa. Lo ikut kita," ucap Arga lagi.

Mereka semua bingung namun mengikuti apa yang dibilang Arga.

"Di rumah ada Dira 'kan, Ga?" tanya Bara.

"Eits nyokap lo pasti masak enak juga, 'kan?" tambah Vino.

Arga menepuk jidatnya karena lupa bilang kalau dia tidak lagi tinggal di rumah orangtuanya melainkan di rumah mereka.

"Nape lu?"

"Gue lupa. Kalian ke alamat yang nanti gue wa," jawab Arga lalu berjalan sambil menggenggam kembali tangan Diva. Namun Diva melepaskan dan mengingatkan Arga kalau ini sekolahan.

Arga pun mengerti dan jalan beriringan dengan Diva. Diva beralih mengambil tangan Monica untuk digenggamnya.

Sampai di mobil Arga membukakan pintu buat Diva, setelah Diva masuk dia pun masuk ke kursi kemudi. Monica masih diam mematung namun tersadar kala Diva menyuruhnya masuk.

Di perjalanan mereka hanya diam dan Arga selalu memegang tangan Diva. Arga benar-benar merasa bersalah dengan Diva kali ini.

Tak perlu dengan waktu yang lama mereka sampai dan Arga memarkirkan mobil di halaman rumah. Diva pun segera membuka pintu rumahnya dan menyuruh Monica masuk. Tentu dia masuk dan mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Duduk, Nic."

"I—iya." Monica pun duduk sambil memandangi sekeliling rumah itu.

"Assalamualaikum ...."

"Waalaikumsalam," jawab ketiganya serentak.

"Wih, ni rumah siapa, Bro?" tanya Bagas.

"Duduk dulu elah!" perintah Arga. Mereka pun duduk.

Kekasih Halal (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang