Namaku Arya, 27 tahun. Orang bilang aku lumayan cakep, tinggi, putih langsat, porom indo asli. Aku baru pindah ke desa ini karena bekerja mengurusi tanah perkebunan yang baru dibeli oleh orangtuaku. Aku berhenti kuliah karena kesulitan faktor ekonomi, dan sengaja berhenti mengabdi sebagai seorang guru honorer disalah satu sekolah negeri tingkat pertama dikutacane, Karena mau fokus tani disini.
"Mie instan ada.?"Kutanya kepenjaga warung.
"Ada,,, berapa.?" Jawab dan tanya Nia.
"Satu." Kujawab singkat.
Itulah kali pertama aku bertemu dan melihat Nia. Setelah membayarnya mie yang kubeli, akupun berlalu pergi ke kebun yang memang melalui jalan disamping rumahnya.
Namanya Nia, 22 tahun. Orangnya cantik, putih, agak pendek memang tapi masih enak dipandang dan dia orangnya mudah tersenyum. Dia jarang disini, karena berkuliah dikota cuman hari sabtu dan minggu aja disini karena libur kuliah. Orang tuanya termasuk orang terpandang, anggota aparatur desa yang memiliki tanah perkebunan yang luas dan pemilik satu satunya warung grosiran didesa ini.
Karena aku sudah berijazah SMA dan bisa mengoperasikan komputer, maka dalam musyawarah desa aku terpilih menjadi bendahara TPK dan kebetulan ayahnya Nia adalah ketua TPK untuk pengelolaan kegiatan dana desa.
Karena kegiatan ini aku menjadi lebih akrab dengan keluarganya dan aku juga dijadikan adik angkat oleh ayah dan ibunya. Makanya aku jadi sering main kerumahnya, misalnya untuk membuat laporan keuangan atau merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan ayahnya atau hanya sekedar ngobrol dengan keluarganya.
Suatu hari aku lagi membuat laporan pengadaan bahan dirumahnya bersama ayah dan anggota TPK lainnya hingga malam, kebetulan Nia pulang dari kota karena libur sabtu minggu. Setelah makan malam lalu kami melanjutkan pekerjaan kami dengan santai sambil ngobrol-ngobrol, lalu Nia datang menyuguhkan kopi kepada kami, lalu ibunya mengenalkan Nia kepadaku.
"Arya,,, ini Nia anak kakak yang kedua, masih kuliah dikota, cuman hari sabtu dan minggu pulang untuk bantu-bantu kakak disini." Jelas ibunya.
"Ohh,,, Nia sudah semester berapa sekarang.?"
"Sudah semester 3 cik(paman)." Jawab Nia sambil tersenyum kepadaku.
Akupun kembali melanjutkan pekerjaan bersama ayah dan anggota TPK lainnya sambil ngobrol-ngobrol hingga tengah malam.
Siangnya aku datang untuk menemui ayahnya karena ada yang perlu ditandatangani oleh ayahnya, kebetulan ayahnya lagi dikebun dan Nia lagi duduk santai memainkan HP-nya
"Ayahmu kemana.?"
"Lagi kekebun cik sama mamak.!"
"Masih lama pulangnya.?"
"Sebentar lagi juga pulang makan siang.?
"Ohh"
"Duduk dan tunggu disini aja cik.!"
"Iya"
Kamipun duduk berdekatan berdua didepan rumahnya. Lagi nungguin ayahnya aku buka SMS HP-ku. Tapi Nia membuka pembicaraan.
"Acik gak jalan.?"
"Jalan kemana.?"
"Ya jalan sama pacar Acik, ini kan hari minggu.!"
"Gak ni,,, lagian Acik gak ada pacar"
"Bohong,,, masa setampan Acik gak da pacar, Nia gak percaya.!"
"Acik serius,,, cariin lah untuk pacar Acik.!??"
"Cowok selalu gitu, bilang gak ada pacar padahal setiap tikungan ada.!"
"Iya Acik serius kok gak ada pacar.!"
Lagi ngobrol-ngobrol ayah dan ibunya pulang dari kebun.
"Arya sudah lama.?" Tanya ayahnya.
"Gak pala lama bang,,, ini ada berkas yang perlu Abang tandatangani.!"
"Ohh,,, ayok masuk.?!!"
"Iya bang.!"
Setelah selesai aku langsung pergi kekantor kecamatan untuk mengantarkan berkas tersebut.
Beberapa minggu kemudian aku ada pekerjaan untuk membuat laporan keuangan dirumahnya bersama ayahnya. Karena aku perlu menghubungi seseorang kebetulan pulsa handphoneku habis, kutanyakan kepada ibunya siapa ada jual pulsa elektrik.
"Siapa ada jual pulsa kak.?"
"Nia juga jual pulsa kok.!"
"Nia,,, Nia,,,!!!" Seru ibunya
"Apa.???" Jawab Nia dari depan rumah.
"Itu dia didepan.!" Kata ibunya
Akupun mendatangi Nia yang lagi duduk didepan rumahnya.
"Pulsa HP ada.?"
"Ada cik,,, pulsa berapa.?"
"Pulsa 20.000 ja"
"No Acik.?"
"081290908787"
"Itu udah terkirim cik,,,! Nomor Acik Nia save ya.?"
"Iya,,, terus nomor kamu berapa.?"
"Ni Nia miscoll"
"Ekornya 74 ya.?"
"Iya"
Aku belum pernah kepikiran atau niat suka sama Nia, bukan masalah tipenya atau kurang cantik. Tapi mungkin karena dia anak dari kakak dan abang angkatku, lagi pula waktu itu aku sudah punya pacar bahkan aku punya pacar dua, Yuni dan Imar.
Selagi aku duduk-duduk dirumah, HP-ku berdering ternyata Nia yang SMS, padahal aku berharap itu SMS dari pacarku.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
RomanceCinta itu mungkin buta, yang tidak mengenal batas. ini adalah kisah nyata percintaan seseorang yang namanya disamarkan. semoga dapat terhibur dan bermanfaat bagi kita semua. wassalam penulis Adi Irawan