NELAYAN RENTA

12 3 0
                                    

kemudian aku dikejutkan
Oleh detak pintu dilarutnya malam

Ayah sudah diberanda rumah
Memakai topi pendekar cina
Dan memikul jala dibahunya

Mataku terpaut
Pada langkah ayah yang menuju kelaut
Pada pelantar tua dimuka rumah
Pada jemari yang lepaskan tambatan temali

Diantara perkampungan nelayan yang mulai sunyi
Dan remang remang dapur perahu

Aku resah gemetar..
Aku takut dengar suara rantai jala, yang kau seret dirumah panggung kita
Bimbang ku dengar susuran rantang yang berdentang ,tanda Restu ibu yang akan segera kau tinggalkan

Bisik ombak bercampur dengan lembut suara ibu
Aku bicara dalam hati
Ini malam apakah ayah akan pergi?

Pasti ayah kan berkayuh
Gairah nya mencari nafkah begitu birah
Pasti ayah kan berkayuh
Jumpai ombak ,angin malaam ,dan meyabung nyawa dalam gelombang..

Aku makin resah gemetar..
Tak ingin ku lihat ayah malang
Yang pulang terapung bersama gelombang
Tak ingin kucium amis darah ayah dari kantong pembungkus jenazah
Tak ingin aku meraung mengerang karna ayah tenggelam
Dengan kaki dan tangan yang dililit bunga karang..

Allahhu Akbar..
Aku tak berdaya..
Ayah pergi bersama air pasang
Esok petang tak tentu ia pulang
Ku ucapkan sepatah kata
Yang kupinjam dari bisik ibu..
" Yah jadilah engkau samudra kelak kenang tak kan lah kemana"....

Durai Karimun, 16 Oktober 2018
Oleh: Nadia Dia Nisty..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nelayan RentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang