Awal pertemuan

336 47 53
                                    

Namanya Nayla Syifa biasa panggil Nayla atau Nay saja. Dia seorang gadis cantik bermata coklat, ia kelas X SMA untuk saat ini. Tapi, 3 bulan lagi naik kelas XI disekolah ia ikut OSIS, diOSIS sebagai Bendahara 2 jabatan sekarang dan juga ikut Ekskul Tari.

Ia murid aktif dan sering mendapat juara untuk sekolah karena itu, rankingnya Tidak dibawah 15 karena keaktifan.

Nayla bangun pagi hari, lalu merapikan tempat tidur dan bersiap- siap sekolah. Iya hari ini senin, jadi harus lebih pagi karena ada upacara.
Setelah mandi dan berpakaian ia juga mengikat rambutnya karena ia tidak suka rambut ter-urai. Setalah itu langsung sarapan.

"Nayla makannya jangan cepat-cepat begitu!" pintah mamanya, dengan menepuk tangannya yang sedang memakan roti.

"iya Ma... Maaf, Nayla lagi buru - buru, hari ini hari senin."

"Buru- buru gapapa tapi hati - hati keselek."

"Iya ma.. Iya."

Setelah sarapan ia langsung berangkat kesekolah, berpamitan dengan Mama lalu berangkat dengan adiknya. Ia punya satu adik perempuan bernama Lidia Ningsia. Walau, dia perempuan tapi kelakukannya seperti laki-laki. Nayla dan Lidia diantar oleh Papanya.

*****
Sampai digapura sekolah, Nayla bertemu dengan Ina, Putri, Dan Nabila. Mereka bertiga adalah sahabat terdekatnya disekolah, kalau Putri karena dia temen sebangkunya, kalau Nabila dia temen seEkskul jadi mereka sering ketemu bukan hanya dikelas, sedangkan Ina dia temen Nayla dari SMP jadi dari awal mereka sudah akrab.

"Akhirnya lu datang lama banget dah," ucap Ina sambil garuk- garuk rambutnya.

"Eh, iya sorry tadi mama gue telat buat sarapan jadinya lama."

"Yaudah langsung masuk aja!" pinta Nabila.

Mereka ber-empatpun masuk kesekolah dan langsung baris dilapangan. Akhirnya setelah beberapa lama tiba saatnya amanat pembina upacara. Oh, tidak! Pembina hari ini pak Abdul dia adalah kepala sekolah SMA Chiteki. Nama Chiteki itu dari bahasa Jepang yang artinya cerdas diberinama ini biar murid - murid pada cerdas. Ada yang bilang Nama adalah doa lumayan bagus daripada nama jalan. Setiap pak Abdul jadi pembina pasti lama karena banyak banget bicara.

"Adlan berdiri disini, ditengah lapangan!!!" pinta pak Abdul kepada seoarang siswa.

Pria itupun jalan ketengah lapangan, sambil menunduk. Dimana semua orang yang sedang baris upacara bisa melihatnya, dan termasuk Nayla.

"Semuanya lihat bagaiman cara dia berpakain, Baju dikeluarin, rambut gondrong, sekolah aja telat. Kamu kemaren ikut tawuran kan?! Kapan kamu bisa ber-ubah ADLAN?!!"

Salah satu dari karakter beberapa guru yang tidak Nayla suka, iya ini, marahin murid depan banyak orang, mempermalukan murid, dan bicarain kesalahan murid. Iya ngerti maksudnya untuk dijadikan contoh murid buruk itu seperti apa dan jangan seperti itu. Tapi, tetap saja tidak suka aja karena kasihan dan tidak nyaman dengan sikap itu walau, Nayla belum pernah ngalamin tapi ngelihat saja sudah enggak suka.

Hampir 15 menit pak Abdul masih saja memarahi pria itu. Rasanya kaki semakin pegal, pundak juga, keringat dinginpun mulai turun. Akhhh!! Engga kuat berdiri lagi.

"Eh, gila lama banget njir gara- gara tuh cowok." ngeluh Ina sambil ngipas -ngipas dirinya dengan tanganya sendiri.

"Siapa sih dia? Bikin cape aja!" tanya Nayla dengan kesal.

"Lah lo gatau? Itu Adlan. Cowok tertampan dan kaya disekolah kita. Tapi, juga ketua genk lobster. Genk paling menakutkan disekolah kita. Lu tau siapa yang mukul Eric sampai babak belur? Itu sih Adlan yang mukulin," kata Nabila dengan penjelasan panjang kali lebar.

"Udah, gue tau intinya dia bukan anak baik-baik. Btw gue punya ide," kata Nayla sambil melirik Ina dengan tersenyum lebar.

"Apa lo?lihat - lihat gue. Punya ide apa lo?"

"Inaaaaa.... Ina sayang, lo pura - pura pingsan dong kan lo paling jago akting daripada kami bertiga."

"Buat apaan?"

"Biar kita bisa tidur diUKS."

Nayla, Putri, Dan Nabila. Melihat Ina dengan tatapan berharap sambil tersenyum lebar membuat Ina mengerti makasud mereka bertiga. Inapun menjatuhkan dirinya sambil merem.

"PMR!! PMR TOLONG ADA YANG PINGSAN!" Teriak mereka bertiga. Mebuat anak pmr itu menghampir dan juga membuat beberapa murid dilokasi kejadian melihat mereka.

Mereka membantu mengangkat Ina, yang sedang digendong oleh salah satu anak pmr yaitu Baron. Temen sekelas Nayla sekaligus anak PMR. Dia tampan, tinggi, walau begitu dia sering dipanggil Ustadz karena dia suka banget ceramah.

Mereka jalan ketengah lapangan untuk menuju UKS dengan kecepatan dan kecapean. Adlan yang melihat Ina sedang pingsan dan guru - guru termasuk pak Abdul juga, melihat kearah Ina yang sedang digotong.

Saat Adlan melihat kearah Nayla, Nayla langsung memberinya jari tengah sambil menatapnya penuh kemarahan. Adlan yang melihat Nayla seperti itu hanya menatapnya dengan sinis. Iyalah, gara - gara ia kaki Nayla hampir patah rasanya wajarlah bila Nayla marah padanya.

I Expect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang